[caption id="attachment_150676" align="aligncenter" width="614" caption="Penyerahan hadiah doorprize Pak Yusep oleh Bang Isjet, Admin Kompasiana"][/caption] "Ingat, kesempatan hanya datang sekali. Maka itu, jangan sia-siakan kesempatan yang pertama, sebab tidak ada lagi pengulangan untuk yang kedua kalinya..." Itulah pepatah yang sering saya dengar dalam kehidupan sehari-hari, entah itu ketika dalam pengalaman masalah pribadi maupun saat bersosialisasi di dunia kerja. Hampir semua mengatakan bahwa sebuah kesempatan, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar tidak terlepas, dan menjadikan itu sebagai sebuah doktrin. Seperti halnya saat saya di tawari oleh Orang Tua pada tahun 2004 lalu, ketika lulus SMA, untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Namun saat itu, saya memilih untuk kerja, dengan alasan ingin mencari pengalaman, serta hidup mandiri. Saat mengetahui jawaban saya yang enggan meneruskan untuk kuliah, Ibu saya hanya geleng-geleng kepala saja. Beliau pun hanya mengatakan, "Dikasih peluang emas begini kok malah ditolak. Masih banyak lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, tapi terkendala biaya. Eh giliran kamu tinggal duduk manis dan belajar, malah ga mau. Meski ini bukan kesempatan terakhir untuk kamu, tetapi sulit untuk kamu bisa kuliah lagi jika pekerjaan kamu yang hanya lulusan SMA mentok." Saya yang saat itu masih berjiwa muda, ingin menyukai tantangan sebetulnya tidak bermaksud menolak apa yang telah Orang Tua berikan, namun saat itu saya ingin mencoba belajar mencari uang sendiri alias mandiri tanpa bermaksud membebankan orang tua. Terbukti satu tahun kemudian, setelah beberapa kali gagal dan keluar masuk kerjaan, timbul perasaan ingin masuk kuliah. Ketika saya utarakan kepada sang Ibu, beliau hanya bisa mengelus dada. "rul, rul. Andai tahun kemarin kamu menuruti apa kata Ibu, mungkin kamu sekarang sudah duduk di semester tiga, sama seperti kawan sebayamu. Tetapi sekarang, apalah daya. Keuangan kita sudah tidak memadai lagi, jangankan membiayai masuk kuliah, untuk makan sehari-hari saja sudah sulit. Makanya, mulai saat ini, kalau ada kesempatan emas, jangan sekali-sekali dibuang. Nantinya bakalan menyesal kemudian..." Jawab Ibu saya sambil menasehati. Akhirnya karena kerjaan mentok hingga beberapa kali, lalu ingin melanjutkan kuliah terkendala dana. Saya pun menjadi luntang-lantung tidak karuan, bisanya hanya kerja sambilan saja. Hingga akhirnya, saat Orang tua mempunyai rezeki tahun 2010 lalu, ketika kawan-kawan sebaya saya sudah banyak yang lulus S1, bahkan ada yang meraih S2. Saya sendiri baru masuk sebuah perguruan tinggi dan merasakan duduk di bangku kuliahan. Ya, kesempatan hanya datang satu kali. Meski datang lagi, memerlukan waktu yang tidak sedikit, contohnya saya sendiri, baru bisa belajar lagi setelah menanti enam tahun lamanya...
KEMBALI KE ARTIKEL