Usai Lebaran berakhir, di Jakarta (khususnya tempat tinggal saya) banyak berdatangan orang-orang yang menawarkan jasa, disini disebut sebagai
Bank Keliling atau juga
Koperasi. Mereka menawarkan untuk memberikan pinjaman uang dengan bunga yang lumayan tinggi sekitar 30-60 %, tergantung kesepakatan antara mereka dan pihak peminjam. [caption id="attachment_128919" align="aligncenter" width="400" caption="Lebih baik memakai jasa Pegadaian, aman dan terjamin (www.pegadaian.co.id)"][/caption] Sebenarnya di Jakarta ini sudah bukan rahasia umum lagi, bahkan usaha -maaf "Lintah Darat" ini sudah berkembang jauh kedalam pelosok. Seperti yang saya saksikan langsung saat mudik Idul Fitri kemarin ke daerah Bandung. Banyak yang mengambil pinjaman, terutama setelah lebaran atau menjelang tahun ajaran baru. Karena pada umumnya setelah Lebaran, banyak masyarakat yang butuh uang setelah habis-habisan mempersiapkan hari Lebaran. Ada saja keperluan mereka, seperti untuk kebutuhan sehari-hari, mungkin karena menunggu gajian masih lama. Sedangkan biasanya, gajian dan Thr diberikan pihak perusahaan sekitar seminggu sebelum Lebaran. Lalu ada juga pengelola Warteg yang meminjamnya kepada rentenir ini. Ambil contoh saja dari tetangga saya yang berinisial A (Maaf, tidak dapat disebutkan namanya. Privasi). Hari selasa yang lalu, saya mendengarnya langsung, bahwa ia meminjam uang sebesar rp 1.000.000 dengan cicilan perhari rp 30.000 x 45 hari, ditambah uang jasa untuk orang yang mensurvei dan meng-ACCÂ sekitar rp 50.000.00-. Kalau ditotal, untuk pinjaman uang sejuta itu, pihak yang meminjam akan dikenakan bunga 40%. rp 30.000.00- x 45 = rp 1.350.000 + rp 50.000 = 1.400.000.00- Bunga yang lumayan besar, itu baru dari satu orang. Bagaimana dalam satu RT, ada sekitar lima puluh orang yang meminjam? Bisa dibayangkan, bagaimana mereka dapat mengeruk keuntungan begitu mudah. Belum lagi, mereka menawarkan pinjaman tidak hanya disatu tempat. Ambil contoh, di daerah saya ada empat-lima orang yang berprofesi seperti itu. Mereka rata-rata mempunyai pelanggan di berbagai daerah, seperti Cengkareng, Kapuk, Senen, Pasar Minggu, dan sekitarnya (yang saya tahu saja). Pada umumnya, daerah yang menjadi target mereka adalah yang padat penduduk, berprofesi niaga serta dari masyarakat menengah kebawah.
KEMBALI KE ARTIKEL