Memetik Pelajaran dari Cerita Silat "Tujuh Pendekar Pedang dari Gunung Thianshan"
19 Februari 2011 15:38Diperbarui: 26 Juni 2015 08:275961
Tiba-tiba Lu Soe Nio menuding kedinding saldju. Siauw Lan dan Phang Eng mengawasi dan ternjata diatas sebuah batu terukir empat huruf besar: Djin-thian-tjoat-kay (Perbatasan antara manusia dan langit). Dibawah empat huruf itu terdapat beberapa baris huruf ketjil jang berbunji seperti berikut: Pada musim rontok tahun Kah-sin, aku tiba di-Tibet dengan niatan mendaki puntjak Tjoe-hong*. Aku tertahan ditempat ini, tenagaku habis, tak dapat kumadju lagi dan hampir-hampir kuhilang djiwa. Sekarang baru aku jakin, bahwa tenaga manusia ada batasnja. Semendjak keluar dari rumah perguruan, dengan sebatang pedang aku berkelana keberbagai tempat tanpa menemui tandingan. Aku menduga, bahwa dikolong langit tiada pekerdjaan jang tidak bisa dilakukan. Tapi sekarang, aku menunduk dibawah Tjoe-hong, dengan ditertawai oleh awan-awan putih. Manusia mudah ditakluki, tapi langit tak dapat diatasi. Hai! Kenjataan ini adalah tjukup untuk membuat orang-orang gagah dikolong langit menghela napas sambil mengusap-usap pedangnja!
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.