Dia baru menikah satu bulan yang lalu. Laki itu adalah pilihan ibunya dan keluarganya. Dia tidak mencintai laki itu. Dua berkebaoab dengan laki itu 2 bulan yanf lalu sewaktu kerja di Bali. Laki itu nelpon dan rayu dia setiap hari. Dia sedikit tertarik dengan mulut manisnya, dan hartanya.
Sewaktu dia masih pacaran nelpon dengan, aku sudah nasehatin dia: jangan terburu-buru nikah; harus kenal betul2 dulu. Namun, dia berkeras mau menurutin ibunya, dan nikah laki ya ng todak dicintainya.
Selepas selesai pernikahan dan hidup bersama, dia baru netul2 kenal suaminya yang dah buka topeng. Dulu pacaran nelpon 1 bulan, laki tu banyak pakai topeng, berpura-pura dan berlakon.
Dia disuruh keras macam maud, ma cam hamba. Dia harus jaga anak tirinya yang usya 1 tahun. Kemas rumah, masak, cucu pinggan, cuci baju. Kalau dia lambat mengerjakan sesuatu kerja, doa dimaki hamun oleh suaminya.
Di ranjang, suaminya hanta memenuhi nafsu sendiri, kasar dan tidak romanntis, dia rasa diperlakukan seperti PSK, macam hamba seks. Dia tidak nisa rasa kasih sayang yang dia harapkan. Ternyata suaminya nasih cinta sayabng pada isrey pertama yang sudah kabur. Ternyata suaminya selalu terkenang dan rindu pada istri pertama. Sumi selalu mena ngis bila terpikir hakikat ini. Dua menyesal banget.
Dulu, Sumi selablu saja bersama smartphone nya. Dia suka chatting dengan saudara dan temen2nya di Hakarta, Bali dan luar negeri. Sekarang, suaminya melarang dia internetan, larang dia online chatting. Dia sungguh tidak puas hati dengan suaminya yang menyekat kebebasan dia main smartphone.
Sumi cerita, ada satu kali, sewaktu suaminya pergi ke kebun, dia curi2 internetan dan online chatting. Tiba2 suaminya pulang, nampak Sumi main smartphone. Suaminya menjadi marah dan ganas, lansung rebut smartphone tu, dan buang ke dalam bak di kamar mandi. Sumi sedih banget...smartphonenya rosak.
Nasib baik smartphone itu bisa dibaikin toko hp. Ongkos repair 400 ribu. Banyak data yang hilang karena smartphone itu mesti di-reset.
Sumi menyesal banget dengan pernikahan ini.
Tapi apa daya nya? Dia hanya bisa mengeluh, merintih, menangis...
Ibunya hanya bisa mengucap, "Sabar, nak."