Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Kaum Muda dan Minat Literasi yang Kian Surut

16 Februari 2023   23:28 Diperbarui: 16 Februari 2023   23:57 216 0
Saya menulis ini, sebagai sebuah refleksi perjalanan hidup yang saya lalui ketika modernisasi makin hari makin tidak terbendungi dalam menopang kemajuan umat manusia. Modernasi seperti melaju tanpa perlu menyapa, sejauh mana kesiapan manusia untuk mengambil bagian dalam perkembangan tersebut.

Hari ini, moderniasi seperti menampar wajah umat manusia, ketika tidak mempunyai daya yang kuat untuk menerima dan masuk dalam kehidupan kita. Lebih khusus kaum muda yang masih mempunyai masa depan yang lebih cerah ke depan.

Mengharapkan masa depan yang gemilang adalah impian semua kaum muda yang ada di bumi pertiwi ini. Kita tinggal dan berpijak dengan kelimpahan yang sudah disediakan oleh alam yang memberikan banyak potensi. Kita hanya tinggal memetik dan menikmati apa yang sudah diwariskan oleh para pendahulu.

Hal ini pun membuat kaum muda, bersikap manja dengan segala kenikmatan yang ada dan tersedia atau yang sudah disediakan. Begitu mudah kita hanya menerima dan merasakan apa yang diperjuangan para pendahulu kita.

Bahkan yang jauh lebih berbahaya hari-hari ini adalah kaum mudah seperti membanggakan kemampuan yang ada diakui oleh dirinya sendiri. Padalah seperti kata pepatah bahwa" Di atas langit masih ada langit".

Kita menginginkan Indonesia Emas 2045 yang memberikan kita sebuah kegemilangan yang tiada terbayangkan. Mungkin saja kita tinggal menyuruh robot ataupun alat tertentu untuk memberikan kita sesuatu yang kita inginkan.


Mina Literasi Yang Kian Surut

Tidak bisa terbantahkan bahwa, modernitas membawa dampak yang sangat signifikan terhadap kehidupan kaum muda di Indonesia. Yang lebih terasa adalah kehadiran teknologi yang berefek pada semakin menurunnya minat kaum muda untuk membudayakan literasi.

Kaum muda lebih suka mencari tugas-tugas penting dari sekolah atau dari kampus dengan mensearching di internet. Teknologi pun makin senang ketika produknya banyak disukai atau diminati oleh manusia setiap hari.

Tidak ada lagi yang mengandalkan kemampuan untuk menganaliasi sesuatu masalah yang terjadi. Atau menganalisis sebagaimana yang dikutip dari setiap buku yang ada.

Minat baca kita, khususnya kalangan muda. Jauh dari yang diharapkan. Semakin ke sini, kaum muda begitu sibuk dengan gadget yang mereka genggam setiap harinya. Bahkan, hidup tanpa gadget, seperti sebuah kehilangan yang melekat dalam hidup.

Bagaimana kita bisa mengharapkan menjadi generasi yang menciptakan perubahan, kalau kita sendiri tidak mau mengambil bagian dari generasi yang mandiri berpikir untuk menangkap dan memfilter semua informasi yang datang.

Pun sikap kritis yang harus dibangun guna memberikan refleksi yang lebih imajinatif terhadap fenomena yang terjad. Bagaimana mungkin kita bisa menguasai ilmu pengetahua. Kalau kita masih minim untuk membca berbagai literatur yang ada.

Seorang Profesor Filasat, Bambang Sugiharto, dalam sebuah sharing singkatnya di YouTube. Bahwa membaca satu sampai dua buku tidak menjadi kekuatan untuk kita lebih percaya diri, bahwa kita sudah membaca buku. Padalah itu hanya secuil kuku yang patut di pertanyakan.

Ditengah gempuran arus globaliasi dan mimpi untuk menjadi gemilang di tahun 2045. Kita tidak bisa mengharapkan orang-orang disekitar kita menyuap agar kita diberikan kemudahan begitu saja.  

Persiapkan diri dengan aktivitas yang lebih produktif, dengan terus diisi melalui literasi yang tiada henti di bangun. So,,,,,,tidak ada yang instan. Menngimpikan kesuksesan itu harus diperjuangkan dengan berdarah-darah. Selagi masih bisa bernapas....gaspoll sampae polll.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun