Ayah dan Bunda Irma adalah petani pekerja keras. Lahan sawahnya lumayan luas, kira-kira dua hektar. Ada yang ditanami padi, jagung, kacang tanah, ubi, ketela, dan pohon pisang. Selain tanaman padi dan kacang-kacangan mereka juga memelihara ayam lehor dan ikan lele. Mereka tidak sendirian namun ada tetangga dekat yang ikut membantu mengerjakannya. Pak Agus adalah panggilan akrab ayah Irma sedangkan bundanya kerab dipanggil Bunda Irma. Pagi-pagi sekali mereka sudah bangun dan siap pergi ke sawah. Pak Agus orangnya ramah sehingga dalam setiap perjumpaan pasti membuat hati siapa pun menjadi bahagia. Sawahnya tidak begitu jauh dari rumah hanya tiga kilometer dan tidak memakan waktu lama jika ditempuh dengan berjalan kaki. Dengan meneteng sebuah ceret dan memikul pacul Pak Agus berjalan kaki setiap hari menuju ke sawah. Tidak lupa ia juga mengenakan caping supaya tidak kepanasan jika matahari sangat terik. Sementara itu, Bunda Irma  dibantu Pak Rebo  membersihkan kandang ayam dan memberi makan seratus ekor ayam lehor. Biasanya Bunda Irma memberi makan ayam dengan bekatul. Setelah selesai ia lanjut memberi makan ikan lele. Siang harinya ia bersepeda onthel membawakan bekal nasi hangat beserta lauk pauknya. Tentu dengan bekal makan yang bervariasi semangat kerja Pak Agus senantiasa terjaga dengan baik. Hari pertama Bunda Irma biasa menyajikan menu makan tempe goreng, ikan asin, nasi, dan sambel trasi. Hari kedua dikirim menu makan sop ayam, nasi, sambel tomat, dan tahu goreng. Hari ketiga cukup ikan gurame bakar, nasi, dan sambel secukupnya. Hari keempat biasa Pak Agus minta lalapan dan ayam balado ditambah sayur jengkol. Hari kelima disediakan nasi goreng dan jajanan pasar. Setelah sepekan bekerja berdua mereka bersepeda onthel menyusuri sawah sembari memantau pertumbuhan tanaman dan memeriksa satu per satu tanaman yang ada. Jika ada daun yang kering diambil dan dijadikan kompos, jika ada hama tanaman segera membasminya dengan obat, dan jika ada buah yang bisa dipetik mereka ambil untuk dibuat jadi kue atau makanan ringan. Ada yang jadi kripik pisang, kripik singkong, bolu ubi, bubur jagung, tape, dan jenis makanan ringan lainnya. Semuanya lalu disetor ke koperasi untuk dijual di pasar. Para tetangga sangat gembira membantu merapikannya  dalam bungkusan  sambil sesekali bercanda ria. "Kue-kue ini sangat enak dan kemasannya cantik. Aku sangat suka" celetuk Bunda Irma. Pak Rebo juga pernah mencicipi sebagian kue-kue itu. "Iya kue-kuenya eunak, memang enak. Bunda Irma pinter bikin kuenya" pujinya. "Dan orang lain tidak akan menemukan kue seenak ini di toko manapun. Itulah sebabnya koperasi kita banyak dikunjungi oleh pendatang" celoteh salah satu dari mereka. Bunda Irma hanya tersenyum manis. "Aku berterima kasih sama kalian, karena kalian baik sekali. Sekarang bawalah kue-kue ini! Kalian sudah ditunggu Pak Sopir di taman"  perintahnya. Mereka mengangguk-angguk dan segera melangkah keluar rumah. Nampak Pak Sopir menengok ke arah mereka dan turun membukakan pintu mobil. "Astaga, banyak sekali pesanan kuenya Bu! Ayo sini saya bantuin angkat" kata Pak Sopir. Para ibu menyambut dengan gembira. Setelah selesai ditata rapi salah satu di antara ibu-ibu ikut masuk ke mobil mengantar kue-kue itu. "Mbah, kulo nganter pesenan riyen nggih. Anter kue-kue bikinan Bunda Irma ke koperasi" ujarnya. "Oke, Sip Mas ..." balas Mbah kakung. "Tarik Mas ...mangkattt!" seru ibu itu.
KEMBALI KE ARTIKEL