Pada debat Pilkada Padang 2019, Mahyeldi melontarkan janji dengan lantang di podium. Begini kata Mahyeldi saat itu: Kami sampaikan karena memang banyak pertanyaan-pertanyaan tentang saya bahwasanya saya akan meninggalkan Kota Padang di tengah perjalanan. Yakinlah bahwasanya itu adalah berita yang tidak benar. Saya sebagai Wali Kota Padang akan menjabat Wali Kota Padang ini ke depan sampai 2024. Insyaallah. Tidak usah ragu, tidak usah bimbang." Mahyeldi dan tim pemenangannya tidak bisa mengelak bahwa itu tidak benar karena ada bukti videonya. Video itu disebarkan masyarakat di media sosial sejak awal Mahyeldi terdengar ingin menjadi calon Gubernur Sumbar. Setelah debat Pilkada Sumbar 2020 beberapa hari yang lalu, video itu beredar lagi di media sosial.
Konteks ucapan Mahyeldi itu jelas. Ia menyampaikan janji itu untuk menjawab isu yang beredar bahwa ia akan ikut Pilkada Sumbar 2020 dan otomatis akan meninggalkan Kota Padang jika menjadi gubernur. Ia lalu membantah isu itu dengan menegaskan bahwa ia akan menjabat sebagai Wali Kota Padang sampai tahun 2024. Pada tahun 2018 ia berjanji, pada tahun 2020 ia mengingkari janjinya sendiri. Hanya dua tahun ia bisa memegang janjinya.
Akibat ingkar janji itu, banyak orang, baik simpatisan Mahyeldi maupun lawan politik Mahyeldi, ingin Mahyeldi tetap menjabat sebagai Wali Kota Padang sampai tahun 2024. Simpatisannya ingin Mahyeldi amanah karena amanah akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat nanti. Sementara itu, lawan politiknya ingin Mahyeldi menjadi Wali Kota Padang sampai tahun 2020 agar tak banyak saingan dalam Pilkada Sumbar karena bagaimanapun Mahyeldi punya massa. Ternyata, massanya hanya banyak di Padang, itu pun dalam konteks Pilkada Padang. Masyarakat Padang yang memilihnya pada Pilkada Padang belum tentu memilihnya pada Pilkada Sumbar. Masyarakat Padang tidak memilih Mahyeldi pada Pilkada Sumbar bisa saja bukan karena benci, melainkan karena cinta. Mereka ingin wali kota tercinta itu tetap menjadi wali kota hingga tahun 2024.
Tampaknya Mahyeldi memang akan menjadi Wali Kota Padang sampai tahun 2024 bukan karena dia ingin, melainkan karena elektabilitasnya. Dari semua survei pada Pilkada Sumbar, elektabilitas Mahyeldi-Audy selalu berada nomor tiga, satu tingkat di atas Fakhrizal-Genius Umar. Hanya satu hasil survei yang mengatakan bahwa elektabilitas Mahyeldi-Audy nomor satu, yakni survei Sumbar Leadership Forum (SBLF). Orang sudah tahu bahwa SBLF adalah lembaga survei yang berafiliasi dengan PKS. Ketua SBLF, Edo Andrefson, adalah orang yang berkaitan erat dengan PKS. Bisa dibuktikan pada hasil Pilkada Sumbar 2020 bahwa hasil survei SBLF itu meleset jauh. Ada yang mau bertaruh?
Karena elektabilitas Mahyeldi-Audy selalu berada pada nomor tiga berdasarkan hasil survei banyak lembaga survei, sejumlah kalangan menyebut Pilkada Sumbar kali ini sebagai pertarungan Mulyadi-Ali Mukhni dan Nasrul Abit-Indra Catri. Kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ini bersaing ketat. Oleh sebab itu, daripada masyarakat membuang-buang suara memilih calon elektabilitasnya rendah, lebih baik pilih saja salah satu di antara dua calon yang berelektabilitas tinggi: Mulyadi-Ali Mukhni atau Nasrul Abit-Indra Catri.