Bisa dibilang ini adalah semacam "hak jawab" Billy sebagai wartawan Kompas menanggapi beberapa rumor yang menganggunya. Salut! Sebab jarang sekali wartawan lain yang mau meluangkan waktu memberikan Hak Jawab semacam ini, sebab kebanyakan dari mereka memiliki semacam arogansi bahwa mereka punya hak sepenuhnya melakukan pembingkaian berita tanpa bisa diintervensi. Wartawan seperti Billy-lah menyebabkan Kompas merupakan koran terbaik sampai saat ini.
Kendati demikian, saya mencermati ada hal yang menarik perhatian dalam kultwit tersebut, yaitu selain melakukan protes karena Kompas dituding melakukan pembingkaian berita sesuai pesanan, juga dia melakukan pembelaan karena Jokowi dituduh boneka cukong dan PDIP dituduh sebagai partai korup. Billy membela Kompas tentu wajar, karena kesetiaan pada korps, namun Billy membela Jokowi dan PDIP tentu saja aneh.
Ini dapat dijelaskan dengan bahwa Billy Khaerudin juga memiliki simpati kepada Jokowi dan mungkin dalam derajat tertentu kepada PDIP sebagai pengusung Jokowi. Wajar saja sebenarnya, tapi menimbulkan pertanyaan, berapa banyak jurnalis yang memiliki simpati kepada Jokowi? dari sekian banyak jurnalis tersebut berapa banyak yang secara langsung maupun tidak langsung memanfaatkan posisinya di media massa untuk menciptakan pembingkaian yang menguntungkan Jokowi dan menyudutkan lawan Jokowi?
Tempo, Detik, Tribunnews (bagian dari Kompas); Merdeka; dan the Jakarta Post sudah jelas merupakan garda terdepan untuk membela Jokowi dan menghajar lawan Jokowi yang menghalangi kenaikannya menjadi presiden, lantas bagaimana dengan wartawan lain? Sudah bukan rahasia bahwa semua wartawan pasti melakukan pembingkaian (framing), baik yang dimotivasi oleh politik maupun uang (jale-jale). Oleh karena itu para pembaca berita harus berhati-hati supaya tidak terjebak oleh framing yang dilakukan oleh wartawan pro Jokowi yang tidak bertanggung jawab.