Dampak dari matinya listrik dan telekomunikasi ini tentu sangat besar. Terutama dari segi ekonomi. Orang-orang yang usaha/berdagang tentu mengalami kerugian. Misalnya orang yang berjualan kue, makanan, minuman, yang membutuhkan suhu udara dingin atau es, tidak bisa menjualnya.
Aktivitas rumah tangga juga terganggu. Tidak bisa menyalakan air, AC dan lain-lain. Apalagi yang punya balita atau anak kecil. Mereka tentu kegerahan. Para driver online pun jadi tidak bisa mencari nafkah karena jaringan internet juga mati akibat pemadaman listrik ini.
Lampu-lampu lalu lintas mati juga menyebabkan kemacetan di sejumlah daerah. Terutama di Jabotabek, Banten dan Jawa Barat.
Transportasi publik pun lumpuh. Seperti Kereta Rel Listrik tidak bisa menggunakannya. Antisipasinya, PT KCI bekerjasama dengan PT Transjakarta. Penumpang KRL ini dipindahkan atau di evakuasi ke transportasi lainnya seperti Transjakarta maupun kendaraan lainnya.
Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN, Sri Peni Intan Cahyani, dalam wawancara dengan Elshinta, Minggu Sore, mengatakan belum mengetahui penyebab padamnya listrik di wilayah Jabotabek, Banten dan Jawa Barat. Pihaknya terus memperbaiki pemadam listrik ini.
Dia juga mengatakan sebenarnya untuk wilayah Jabotabek, Banten, Jawa Barat, jaringan listriknya terpisah. Yang seharusnya pemadaman listrik bisa segera di antisipasi. Sebab itu, ia meminta maaf kepada masyarakat yang terkena dampak atas masalah gangguan ini.
Saya menduga masalah ini akibat dari gempa yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya pada Jumat (2/8/2019). Namun saya tetap meminta kepada pemerintah, terutama PT PLN dan PT Telkom untuk tidak sengsarakan rakyat lagi kedepannya. Rakyat sudah susah, jangan ditambah susah. Jangan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik setiap saat namun mengabaikan pelayanannya.
Saya juga minta Presiden Jokowi pecat Menteri BUMN Rini Soemarno dari jabatannya. Pasalnya, masalah ini menjadi tanggungjawabnya serta menjadi bukti kinerjanya bobrok.
Seharusnya masalah listrik padam ini bisa diatasi yakni tidak bergantung dengan teknologi, tetapi bisa digantikan dengan yang lain. PLN pasti lebih paham solusinya agar tidak bergantung dengan teknologi.