Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Embung Tambakboyo, Mancing Sampai "Mboyo"

5 Maret 2010   22:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:35 1486 0
[caption id="attachment_87165" align="alignright" width="300" caption="Embung Tambakboyo (budayakubudayanegriku.blogspot.com)"][/caption] Ada yang ingin bersantai sambil menikmati sejuknya sore atau segarnya udara pagi Jogja? Mungkin bisa coba nongkrong di Embung Tambakboyo. Saya baru tahu kalau lokasi ini sudah dipercantik akhir tahun lalu saat main ke Jogja. Letaknya tidak jauh dari Ring Road utara di daerah Condongcatur. Embung Tambakboyo memang sedikit tersembunyi di balik perkampungan, apalagi jalan masuknya harus terlebih dulu melewati perumahan. Namun jika sudah mencapai seputaran kampus UPN Veteran, Amikom, dan Pasar Condongcatur, anda tinggal sepelemparan batu dari titik yang anda cari. Objek wisata ini berupa sebuah bendungan buatan berukuran sedang, luasnya sekitar 8 Ha. Tambakboyo adalah nama dusun di Wedomartani, Ngemplak, tempat embung itu berada. Wilayah ini merupakan pertemuan batas 3 desa, Condongcatur, Maguwoharjo, dan Wedomartani. Selain pertemuan batas desa, embung juga merupakan "tempuran", istilah setempat untuk aliran dua sungai atau lebih. Tambak Bayan dan Buntung, dua sungai yang bermata air di lereng-lereng Merapi bertemu di sini dan mengalir ke satu saluran yang oleh warga dinamai Kali Babarsari. Belum banyak petunjuk menuju pintu masuk Embung Tambakboyo. Namun, ada dua jalan masuk utama ke lokasi. Semua berorientasi ke utara, jalur pertama melalui jalan di sebelah Pasar Condongcatur dan kedua melalui Perempatan UPN. Jalur kedua relatif lebih mudah karena selain tak banyak tikungan, kontur tanah yang menurun bisa menjadi petunjuk jalan. [caption id="attachment_87164" align="alignleft" width="300" caption="Embung Tambakboyo (Flickr.com/photos/sulistia/3534045597)"][/caption] Sementara ini, loket retribusi dikelola secara swadaya oleh pemuda setempat. Tiap kendaraan yang masuk hanya dikenakan tarif Rp1000,00, dan...ehm, Rp3000 untuk pasangan muda-mudi (entah kenapa harganya beda). Sangat murah untuk banyaknya kegiatan yang bisa anda lakukan di sini dan tak terbatasnya waktu kunjungan. Karena belum banyak pohon peneduh dan permukaan air yang sangat memantulkan cahaya, waktu paling tepat untuk bersantai di sekeliling embung adalah pagi dan sore hari. Di pagi hari, kawasan trotoar biasanya dipenuhi keluarga dan pemuda pemudi yang sedang lari pagi, bersepeda, atau sekedar jalan santai menikmati segarnya awal hari. Selain udara segar, pemandangan embung sangat cocok untuk kegiatan tersebut. Jelang siang, kelompok-kelompok pemancing lengkap dengan joran dan umpan datang silih berganti. Mereka memilih lokasi paling nyaman untuk duduk dan bertahan paling tidak hingga beranjak malam. Tempat teduh, sekitar pintu air, atau kawasan terdekat dari warung-warung menjadi pilihan utama bagi para mancing mania. Saat mentari condong ke barat, suasana trotoar embung pun mendapat variasi. Sela kosong di antara kelompok-kelompok pemancing yang beraroma tak jelas antara bau matahari dan amisnya umpan  sedikit demi sedikit diisi pasangan-pasangan yang bau wangi kasmaran. Tingkah pemuda-pemuda yang sedang "mboyo", istilah dalam bahasa setempat untuk "nggombal", dan "temon pahin" pasangan mereka bisa jadi hiburan alternatif buat para pemancing yang umpannya tak kunjung dicicip sang ikan. Pun sebaliknya, tingkah pemancing "kapiran" (bernasib sial) bisa gantian jadi bahan cekakak-cekikik paling update. Meski berpasang mata jelalatan dan moncong-moncong bersuit-siul karena kehabisan asap, Jogja tetap "Berhati Nyaman", pun Sleman selalu "Sembada". Jika masih ingin menikmati suasana asrinya embung, tak ada yang jahil atau main colek di sini. Semua konsisten dengan urusannya masing-masing, yang penting sama-sama nyaman dan tidak saling ganggu. Jika anda datang pagi hari ke sini, mungkin sekali kebosanan menghinggapi anda. Tapi jangan khawatir, di wilayah ini banyak sudut tersembunyi yang bisa membuat anda terhibur. Candi Gebang, Candi Sari, Stadion Sleman, persawahan dan hutan yang rimbun, sungai-sungai alami, dan perkampungan desa tentu bisa menjadi alternatif pilihan untuk menghabiskan sisa hari. Akhir kata..."iwake cen assssssnu, yo pindah wae le mancing!!"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun