Settlement (Penurunan muka tanah)
Ada ahli yang mengkaitkan peristiwa ini dengan settlement. Seperti kita ketahui (karena belajar), settlement adalah peristiwa penurunan muka tanah dalam orde beberapa cm per tahun, jadi prosesnya perlahan-lahan. Sedangkan ruas jalan ini mengalami pergerakan vertikal sebesar 7m secara tiba-tiba. Jadi, jelas peristiwa ini bukan settlement. Selain itu, jika memang terjadi settlement di daerah tersebut, semestinya tanah lunak di bawah ruas jalan tersebut menjadi lebih kuat, karena sudah terkonsolidasi (rongga yang tadinya terisi air sudah tidak ada karena air mengalir keluar dan tanah menjadi lebih padat).
Pelapukan tanah akibat intrusi air laut
Ada juga ahli yang mengatakan bahwa peristiwa ini disebabkan karena tanah di bawah ruas jalan tersebut mengalami pelapukan, bahkan pendapatnya di Halaman 1 KOMPAS, Selasa 28 September 2010, berbunyi "Batu saja bisa lapuk, apalagi tanah". Kita yang pernah belajar mekanika tanah tentu paham benar bahwa tanah adalah produk akhir dari pelapukan batuan. Jadi, kalau tanah (dalam kasus ini adalah lempung/lanau) sudah terjadi, mau terlapukkan menjadi apa lagi?
Tanyakan pada Ahlinya
Saya melihat bahwa KOMPAS telah meminta pendapat kepada orang yang tidak tepat. Saya paham betul bahwa mereka-mereka adalah ahli, tetapi bukan ahli geoteknik. Sangat disayangkan juga bahwa mereka tidak mau berterus terang bahwa mereka bukan ahlinya dan mengusulkan KOMPAS menanyakan hal ini kepada ahlinya. Banyak ahli geoteknik yang dapat dimintai pendapatnya, sehingga kita mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tepat dan akurat. Saya dengar, beberapa ahli geoteknik sedang mempelajari kasus ini dan mudah-mudahan hasilnya dapat diinformasikan kepada kita.
Tahu dan Tidak Tahu
Sebagai penutup, saya ingin mengutip pesan dari seorang senior saya. Sekitar 20-an tahun yang lalu, beliau pernah mengatakan bahwa ahli itu ada empat tipe:
- Tahu bahwa dia tahu.
- Tahu bahwa dia tidak tahu.
- Tidak tahu bahwa dia tahu.
- Tidak tahu bahwa dia tidak tahu.