Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Perubahan Sebuah Institusi

6 Juni 2014   17:03 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:02 207 0
Begitu banyak orang yang berbicara tentang perubahan dalam sebuah institusi. Tapi banyak dari kita yang tidak sadar bahwa setiap perubahan akan menghadapi resistensi dari mereka yang memiliki keengganan, meskipun tujuan perubahan ini adalah untuk keadaan yang lebih baik untuk semua.

Keengganan ini, di mana pun, umumnya dilakukan oleh orang-orang "lama" dengan berbagai alasan. Meskipun tidak tertutup pula adanya orang-orang "baru" yang telah memiliki simpati terhadap paradigma yang eksis saat ini. Alasan yang paling sering dikemukakan adalah "Untuk apa berubah? Toh selama ini bisa berjalan baik-baik saja." Fakta bahwa memang "berjalan" biasanya benar. Namun "baik-baik saja" adalah variabel yang sangat layak diperdebatkan. Terlebih bila kita berbicara tentang skalabilitas. Intitusi yang enggan berubah umumnya sulit berkembang menjadi lebih besar padahal mereka memiliki kemampuan untuk itu.

Orang-orang "lama" ini umumnya juga memegang peranan besar dalam institusi. Biasanya mereka adalah bagian dari sedikit orang yang memahami proses yang selama ini dijalankan oleh institusi. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa hal ini akan menyebabkan ketergantungan dari institusi kepada individu. Keadaan ini bisa berakibat negatif pada institusi. Karena hal yang sering terlupakan oleh orang-orang ini adalah bila mereka tidak ada lagi atau sudah tidak bisa menjalankan peran mereka lagi secara maksimal di dalam institusi maka institusi tersebut akan kehilangan kemampuan untuk menjalankan proses karena tingginya nilai ketergantungan.

Selain itu, orang-orang ini juga memiliki kepentingan yang berbeda-beda di balik keengganan mereka. Untuk institusi dengan profit besar dan kebiasaan korupsi tinggi, alasan mudahnya adalah uang. Tapi bagi institusi dengan budaya korupsi rendah dan idealisme tinggi, alasannya adalah rasa sayang. Sayang apabila perubahan akan menghasilkan institusi yang tidak lagi sesuai dengan harapan mereka dulu.

Lalu apa yang harus dilakukan dengan keadaan seperti ini? Banyak institusi yang memilih menunggu sampai terjadi perubahan internal. Sayangnya dunia tidak akan menunggu perubahan ini. Berharap perubahan dengan kata-kata "kembali ke diri kita masing-masing" adalah seperti menunggu datangnya keberuntungan. Kalau memang "kembali ke diri kita masing-masing" bisa berjalan dengan baik maka kita tidak akan pernah butuh peraturan karena setiap orang sudah memiliki kesadaran.

Banyak juga institusi yang memilih untuk mengadakan diskusi dengan harapan mencari solusi. Sebuah usaha yang sangat baik. Sayangnya, diskusi antara dua kepentingan yang saling bertolak belakang di mana keduanya telah memutuskan apa yang akan mereka pilih, hanya akan menjadi debat kusir saja. Diskusi seperti ini hanya akan memberikan hasil maksimal apabila kedua pihak bersedia mengesampingkan ego masing-masing dan benar-benar berusaha mencari solusi terbaik. Ada baiknya diskusi ini dipimpin oleh seorang moderator ulung dan dari pihak ketiga agar kedua pihak merasa bahwa diskusi ini akan berlangsung secara adil dan bisa menghasilkan sesuatu.

Kemungkinan yang juga sering jadi jalan keluar adalah memisahkan diri antara mereka yang menginginkan perubahan dari mereka yang resisten terhadap perubahan itu. Tapi perlu sama-sama kita pahami bahwa dengan cara ini maka kehilangan yang begitu besar akan sangat mungkin terjadi. Pihak pertama akan kehilangan sumber daya yang memahami proses dan memiliki pengalaman sedangkan pihak kedua akan kehilangna sumber daya yang bisa melihat peluang dan sebuah keinginan untuk mengembangkan institusi.

Apapun pilihannya solusi yang terjadi, ada satu hal yang perlu kita pahami bersama. Perubahan itu pasti terjadi, dan seperti tagline buku "Change!" karangan Rhenald Kasali, "Change is the only evidence of life," kita perlu mengetahui bahwa perubahan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan kita perlu selalu bersiap menghadapinya. Sudah siapkah institusi Anda?

[originally posted 25 Jul 08]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun