yang satu menerangi, satu selanjutnya membakar, dan satunya lagi membunuh
aku dibawahnya
diam di bangku kayu taman yang sisi-sisinya keropos, termakan waktu
sambil ku menggenggam sebuah buku
meraba dunia khayalku yang lama tak ku kunjungi
ku ingin bermainmain barang sejenak
menghabiskan siangku yang habis sebentar lagi
ku biarkan ketiga mentari menyatukan kekuatannya untuk membunuhku
atau mungkin dunia khayalku yang akan menghanyutkanku
ku biarkan semua...
lalu kubiarkan pula diriku merayap,
merayap sepanjang bangku taman ini
sambil buku masih di genggaman
dan imaji menggantung di pelupuk mata
sungguh, kubiarkan semua...
kubiarkan angin menyapu semua rerumputan taman
rayap-rayap menggerogoti tumpuan bangku nan tipis ini
kubiarkan...
sampai akhirnya ku buka mata duniaku
kulihat mentari diusir lembut oleh bulan melalui jingganya senja
lalu kutatap senja telanjang mata
mulut bergumam tak menentu
entah ucap syukur
entah ucap keji
entah...
yang aku tahu, aku terpaku menatap buku sepanjang siang
ya, menatap.. bukan membaca
entah apa yg ku tatap
entah apa yang ku simak
entah...
yang aku tahu, ini masih sepi... sepi yang menikam