Seiring perkembangan dunia modern saat ini banyak dijumpai tragedi-tragedi kemanusian dan kehidupan modern yang menempatkan manusia posisi sebagai pelaku dan korban tragedi tersebut. Kemajuan yang telah dicapai saat ini seharusnya membawa kepada kemajuan kehidupan pribadi manusia
bukan sebaliknya. Artinya kebahagiaan dan ketenteraman semakin sulit dijangkau oleh orang-orang yang maju. Kesulitan material
(harta duniawi) kini diganti dengan kesukaran mental (psikologis) sehingga menimbulkan beban jiwa yang semakin
berat. Kegelisahan, ketenangan, ketidakpastian dan tekanan perasaan lebih terasa menekan sehingga mengurangi
kebahagiaan. Kondisi ini telah lama bertahan akibat kebutuhan hidup yang semakin meningkat, sikap individualistik dan egois,
persaingan gaya hidup dan didukung oleh keadaan yang tidak stabil.
Dosa membuat hati manusia menjadi kotor, kusam, dan hitam, padahal hati berfungsi sebagai cermin diri guna mengetahui hakekat kebenaran. Dapat dibayangkan apabila hati (cermin) ini kotor oleh perbuatan dosa dan maksiat maka manusia tidak dapat lagi membedakan kebenaran dan keburukan, sehingga manusia
akan menderita, hilangnya rasa bahagia marah, dan,cinta dan sayang serta timbulnya rasa benci, dengki, sombong,dan gelisah.
Perasaan, pikiran dan tngkah laku yang negatif ini memiliki muara dari perbuatan dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang dengan objek dan kapasitas manapun. Dosa yang tergolong besar atau dosa kecil yang dilakukan terus menerus tentunya akan memberikan dampak yang lebih berat dibandingan dosa kecil atau yang langsung disertai dengan perbuatan baik (proses pertobatan).
Sedangkan hadits Nabi menyebutkan
"Ikutilah segera perbuatan buruk dengan kebaikan, agar kamu menghapuskannya".
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbuatan dosa dan salah yan mengakibatkan munculnya pikiran, perasaan dan perilaku
negatif dapat diminimalkan dan bahkan dihapuskan dengan bersegera meminta ampunan dan bertobat kepada Allah. Ketika
tobat diterima dan ampunan diberikan maka hati yang tadinya kotot lambat laun akan kembali bersih dan dapat dijadikan cermin
kemali sehingga seseorang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
FUNGSI TOBAT DALAM PSIKOTERAPI ISLAM
Secara umum menurut Brammer, fungsi psikoterapi mengarah pada reeducational of individual mencari persepsi dan pertobatan
secara jelas, mengintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan memagari perasaan sedih yang berasal dari pengalaman buruk di
masa lalu. Sedangkan fungsi lainnya adalah bahwa psikoterapi dapat bertindak sebagai kuratif (penyembuhan), preventif (pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan). Dengan demikian fungsi psikoterapi dapat dikembankan bukan hanya untuk seseorang yang mengalami kesulitan psikologis tetapi juga pengembangan diri untuk optimalisasi potensi yang dimiliki.
Tobat yang memiliki kombinasi dengan fungsi-fungsi kejiwaan dapat mengisi bagian lain dalam fungsi psikoterapi Islam. Hal ini
dapat dipahami dikarenakan dalam proses pertobatan telah terbentuk berbagai fungsi positif kejiwaan yaitu:
1. Adanya keinginan untuk perubahan perilaku (kesadaran)
2. Terbukanya pintu evaluasi diri (pengakuan dosa)
3. Menguatnya perasaan positif (penyesalan)
4. Terbentuknya sikap hidup yang positif (komitmen)
5. Perubahan perilaku secara konsisten.
Fungsi tobat dalam psikoterapi Islam memegang peranan penting dalam proses penyembuhan dan mengembalikan kembali potensi fitrah yang dimiliki seseorang. Tobat yang dilakukan dengan benar (nasuha) dapat berfungsi sebagai:
1. Alat pembersih noda hitam dalam hati.
Pembersihan noda ini akan sangat membantu pemulihan mental-psikologis seseorang yang sedang mengalami gangguan (penyakit) mental. Hal ini dapat dipahami bahwa fungsi tobat dalam psikoterasi Islam memegang peranan penting dalamwa noda
hitam dalam hati (qalb) inilah yang menjadi sumber munculnya gangguan penyimpangan pikiran, perasaan, perilaku seseorang sehingga dengan dibersihkan terlebih dahulu akan mengurangi noda dan dapat membantu proses pemulihan mental psikologis
seseorang. Proses pembersihan awal ini dapat dilakukan dengan lisan (ucapan) memohon ampun kepada Allah dan dibarengi dengan aktivitas sholat tobat seperti yang dicontohkan Nabi.
2. Penguat pikiran dan perasaan
Proses pertobatan yang diikuti dengan kegiata pengakuan dosa (evaluasi diri) dari penyesalan dapat menumbuhkan pikiran dan
perasaan positif. Hal ini dapat terlihat dengan tumbuhnya optimisme menjalani kehidupan, tidak putus asa, mampu mengenali dan menerima diri dengan lebih baik serta
mampu berfikiran positif terhadap setiap kejadian. Tumbuhnya sifat seperti ini akan sangat membantu seseorang yang sedang
menghadapi masalah atau gangguan mental dan ini merupakan langkah terbaik untuk mengatasi gangguan tersebut. Munculnya
sifat positif tersebut dapat dikatakan sebagai kesemuhan tingkat awal para klien yang mengalami gangguan mental.
3. Pendorong berkembangnya potensi manusia
Tobat dapat merangsang seseorang untuk meingkatkan amal perbuatannya melalui evaluasi diri, pemetaan dan perencanaan
kegiatan baik lainnya, baik yang pernah ditinggalkan maupun yang belum pernah dilakukan. Seseorang akan selalu mencari tambahan amal kebaikan untuk menutupi kesalahan (dosa) yang pernah dilakukan dan tidak ada hari tanpa menyempurnakan amal kebaikan. Kondisi ini dapat mengakibatkan terbukanya potensi diri yang selama ini tidak diketahui atau tertutup oleh perbuatan
buruknya, sehingga memungkinkan akan melejitnya potensi diri yang dimiliki.