Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Fragmen Pagi II

29 November 2011   19:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:02 80 1
Untuk : Puput Dwi Waryanti

butiran embun merembas di padang subur dadaku
halimun mengiris sepi di tubuh subuh
doa-doaku terselip dalam geliat rekah fajar
di ufuk, perseteruan gelap dan cahaya ialah penanda hari:
sebelum terbentangnya surga
sebelum terbujurnya cinta
tepat di hari-hari kita

bukalah pintu-pintu fajar itu
dengan lehermu yang jenjang bercahaya
sementara jendela-jendelanya, izinkan kubuka dengan desau angin
sambil kuterbangkan seribu puisi darisana
menuju kota-kota yang remang cahaya, yang begitu pucat
dengan menara serta gedung-gedung tua
dipenuhi debu-debu rindu dan puing-puing airmata

embun telah memekarkan bening kelopaknya
sedang rinduku masih menguncup, di sela-sela batang nafasmu
yang senantiasa bergerak, mengeraskan usia
mengeraskan ketabahanku yang piatu

kekasihku
suatu hari, ketika dadaku teramat debar serta bergemuruh
menahan rindu yang papa oleh rekah senyummu
izinkan aku bangun mendahului matahari
dan mengecup keningmu
untuk pertama kali

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun