Namun, bagaimana dengan mereka yang mengalami keterbatasan fisik, seperti tunanetra? Banyak sahabat tunanetra yang juga memiliki keinginan kuat untuk membaca Al-Qur'an dan mendapatkan pahala darinya. Al-Qur'an Braille hadir sebagai solusi untuk menjawab tantangan ini.
Tunanetra di Indonesia dan Akses Al-Qur'an Braille
Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi tunanetra yang besar. Berdasarkan data dari WHO, lebih dari 3 juta orang di Indonesia mengalami kebutaan. Banyak di antara mereka yang berharap bisa menikmati pengalaman spiritual membaca Al-Qur'an. Namun, sayangnya akses terhadap Al-Qur'an Braille masih terbatas. Di banyak daerah, tunanetra tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk mendapatkan Al-Qur'an Braille.
Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh sahabat tunanetra adalah kurangnya ketersediaan Al-Qur'an Braille. Meskipun Al-Qur'an Braille menjadi satu-satunya cara bagi mereka untuk membaca Al-Qur'an secara mandiri, distribusi dan ketersediaannya masih terbatas, terutama di wilayah terpencil.
Selain itu, tidak semua sahabat tunanetra memiliki pendamping yang bisa membantu membaca Al-Qur'an setiap hari. Hal ini menjadikan Al-Qur'an Braille sebagai alat penting untuk mendukung mereka dalam memahami dan mempelajari Al-Qur'an secara mandiri.
Al-Qur'an Braille: Peluang yang Terbatas
Al-Qur'an Braille membantu sahabat tunanetra membaca Al-Qur'an melalui huruf-huruf timbul yang dapat diraba. Sistem Braille ini ditemukan oleh Louis Braille pada abad ke-19, dan sejak itu menjadi sarana utama bagi tunanetra untuk mengakses literatur, termasuk kitab suci Al-Qur'an. Al-Qur'an Braille memungkinkan tunanetra meraba huruf-huruf dan membaca ayat-ayat dengan sentuhan tangan, memberikan mereka kesempatan untuk meraih pahala dari membaca firman Allah.
Walaupun Al-Qur'an Braille sudah tersedia, distribusinya masih sangat terbatas di Indonesia. Menurut data Kementerian Agama, jumlah Al-Qur'an Braille di Indonesia belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sahabat tunanetra di seluruh wilayah. Al-Qur'an Braille seringkali hanya tersedia di kota besar, sementara tunanetra di pelosok jarang mendapatkan akses yang layak.
Dukungan Masyarakat yang Diharapkan
Untuk memastikan ketersediaan Al-Qur'an Braille bagi sahabat tunanetra, diperlukan dukungan dari masyarakat luas. Salah satu cara paling sederhana adalah dengan sedekah Al-Qur'an Braille. Banyak lembaga zakat dan yayasan yang menerima donasi khusus untuk program ini, dan kontribusi dari masyarakat sangat dibutuhkan agar Al-Qur'an Braille bisa lebih luas tersebar.
Sedekah Al-Qur'an Braille tidak hanya membantu sahabat tunanetra dalam mengaji, tetapi juga menjadi amal jariyah yang pahalanya mengalir terus-menerus. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: "Jika manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang sholeh." (HR. Muslim). Dengan sedekah Al-Qur'an Braille, setiap kali sahabat tunanetra membaca Al-Qur'an, menjadi pahala bagi orang yang bersedekah yang akan terus mengalir.
Harapan untuk Masa Depan
Dengan ketersediaan lebih banyak Al-Qur'an Braille, sahabat tunanetra dapat semakin dekat dengan Al-Qur'an dan menjalankan ibadah mereka dengan baik. Pahala dari membaca Al-Qur'an akan mereka rasakan, dan kita yang berpartisipasi dalam penyebaran Al-Qur'an Braille juga akan mendapatkan pahala yang berkelanjutan.
Laznas Dewan Dakwah, melalui program "Al-Quran Braille Penerang Hidup Tunanetra," berperan aktif membantu sahabat tunanetra dengan mendistribusikan Al-Quran Braille secara rutin. Al-Quran tersebut merupakan hasil dari infaq dan sedekah yang dikumpulkan dari umat muslim. Dengan turut serta melalui program ini, para donatur berkontribusi dalam kebaikan yang terus mengalir, menjadikan setiap sedekah yang disalurkan sebagai ladang pahala Jariyah, in sya Allah.