Hal penting dalam diskusi ini adalah aksesibilitas itu sendiri. Meskipun sudah banyak upaya untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, nyatanya banyak yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Faktor geografis, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang urgensi pendidikan inklusif menjadi hambatan utama.
Tantangan utama juga terletak pada perubahan paradigma dan budaya dalam sistem pendidikan. Dibutuhkan pendekatan yang tulus dan terstruktur untuk mengubah persepi dan pola pikir masyarakat, tenaga pendidik, dan para pengambil kebijakan yaitu Pemerintah terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Hal bermanfaat yang bisa dilakukan peningkatan frekuensi pelatihan guru, penyaluran sumber daya manusia dan sarana-prasarana yang memadai, serta pembentukan kebijakan yang mendukung prinsip-prinsip pendidikan inklusif.
Namun, perlu diingat bahwa pendidikan inklusif bukan sekadar soal memasukkan anak-anak berkebutuhan khusus ke dalam sistem pendidikan konvensional. Dalam hal ini perlu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung keberagaman antar satu dengan yang lainnya, menghargai perbedaan, dan memberikan ruang seluas-luasnya bagi setiap individu untuk berkembang secara penuh. Inklusi seharusnya bukan hanya tuntutan normatif, tetapi menjadi dasar untuk perubahan mendasar dalam masyarakat.
Ketika membahas Quo Vadis Pendidikan Inklusif di Indonesia, kita perlu memiliki kesadaran bahwa untuk menghadapi kenyataan transformasi ini, membutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat. Guru, orang tua, pemerintah, dan masyarakat harus bersatu untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang merangkul semua anak, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, atau kondisi khusus.
Pendidikan inklusif bukanlah sekadar isu biasa, melainkan komitmen kuat kita untuk membentuk masyarakat yang inklusif. Tanpa hal yang sudah dijelaskan tadi, kita berisiko meninggalkan sebagian besae generasi kita tanpa akses dan kesempatan untuk meraih potensi penuh di hidup mereka. Oleh karena itu, Quo Vadis Pendidikan Inklusif di Indonesia bukan hanya pertanyaan retorika belaka, melainkan pengingat keras bagi kita untuk mengambil sikap, berkolaborasi, dan mendukung akses pendidikan yang setara dan bermakna bagi setiap anak di Indonesia.
Penulis: Rizki Fadillah Siregar, S.Pd.