Gunung Kidul terkenal akan susahnya mendapatkan air saat bulan kemarau. Bahkan warga Gunung Kidul, khususnya DesaSambirejobahkanharusrelaberjalan kaki sejauh 2 km untukmemperoleh air. Sehinggabukanhal yang mengherankansaatbanyakwargadesainiterserangberbagaipenyakit, sepertidiareatautipusakibatkurangnya air untuksanitasidankeperluansehari-hari. Bahkan penderitaan itu memuncak pada kemarau panjang di tahun 2004 hingga 2007. Jikasebelumkemarauinimasihterdapattigasendanguntukmenghasilkanair bagidesa-desa di GunungKidul, kinihanyatinggalsatusendang yang berfungsi. Di tengahkemaraupanjang yang kianmengerikan, muncullah sebuah keinginan kuat dari seorang bidan bernama Listiyani Ritawati yang sudah bertugas di desa ini sejak tahun 2000, kemudian perempuankelahiranBanjarnegara, 29 Juni 1974 akhirnya memikirkanberbagaicarauntukmengakhirikekeringan di desanya yang kianmenakutkan.
BidanListiyanimenemukansemangatnyauntukberjuangsaatmenyaksikansuatuperistiwa.Iaterinspirasi, nuraninyatergugahsaatiamelihatseorangibu yang sedanghamiltuaharusberjalansejauh 2 km untukmemperolehair. Naas, ibuitu pun terpelesetdanjatuhdalamperjalanannyamemperoleh air. Ibuitumengalamipendarahanhebat, tapiberuntunganaknyadapatdiselamatkan.Alhasil, iamenemukansebuah ide untukmembuatsumur bor. Ide sudahdidapat, tapidanakianmenjadihambatanuntukmerealisasikannya. BidanListiyani pun memutarotak. Iakemudianmengikutisebuahajang yang diadakanolehIkatanBidanSeluruh Indonesia untukmemperolehdanapembangunansumur bor. Kerjakerasnyaterbayarkan, iaberhasilmenyabetpenghargaanSrikandi Awarddanmemperolehdanasebesar 21 juta.
Iasemakinsemangatdanberusahamempelajaritentangsumurbor yang akandibuat. Selainitu, iajugamempelajaristrukturtanah di GunungKidul. Ternyata, strukturtanah di GunungKiduldilapisiolehbatuan karst. Hal inimembuat air sulitdidapat di kedalamanyang biasa-biasasaja. Diperlukanpengeboranhinggamencapai 80 meter untukmemperoleh air. Sehinggadana yang diperlukanadalah 27 juta. Dana dariajangSrikandi Award kurang, tapisemangatBidanListiyanitakberkurangsedikitpun. Iakemudianmenutupikekurangandanadenganuangtabungannya. Kemudian setelah itu bantuan dari pemerintah pun mengalir untuk memperluas dampak pengadaan sumur bor bagi seluruh warga desa. Hingga akhirnya kini warga desa Sambirejo mendapatkan air yang cukup untuk kehidupan, hal ini tidak disangka-sangka sebelumnya karena dahulu ada proyek miliyaran dari hasil bantuan Australia namun ternyata menemui hasil buntu. Sontak mengetahui keberhasilan Bidan Listiyani ini semua warga bergembira dan kini pemanfaatan air bukan hanya digunakan untuk mandi, tetapi juga dalam pengembangan usaha yang sebelumnya tidak dapat dilakukan karena keterbatasan air seperti cuci motor, produksi tahu, peternakan dan sebagainya.
Tidak Sampai disitu saja, masalah lain yang membuat masih besarnya angka diare dan penyakit karena hidup yang kurang bersih lainnya masih menghantui dikarenakan warga yang masih sering membuang air besar sembarangan seperti dikebun ataupun di sungai, maka program selanjutnya adalah sanitasi berbasis masyarakat berupa pembuatan toilet per rumah untuk menghilangkan kebiasaan buruk warga ini. Pembangunan ini diperjuangkan dengan sungguh-sungguh walaupun terdapat warga yang tidak mampu, akhirnya diberikanlah dana stimulan berupa bahan material untuk setiap warga kurang mampu sehingga program toilet higienis ini dapat di aplikasikan oleh seluruh warga tanpa terkecuali. Dan kini semua warga sudah mempunyai toilet sendiri, ini sangat berimbas baik untuk kesehatan warga. Jika sebelum tahun 2010 sangat banyak warga yang terkena penyakit diare dan demam berdarah, setelah adanya pembangunan toilet tiap warga ini tidak didapati lagi warga yang terserang penyakit tipus, diare dan demam berdarah. Kemudian ada tim yang selalu meninjau kebersihan toilet warga setiap sebulan sekali dan warga sendiri harus memeriksa kebersihan toilet setiap harinya.