Kolombo merupakan ibukota negri Srilanka yang dulunya lebih terkenal disebut sebagai Ceylon ataupun Sailan.Itu kata ayah saya yang suka sekali pelajaran Ilmu Bumi atau Geografi.Ke negri ini lah saya dan keluarga sempat berkelana dan mengalami pengalaman yang mengesankan akan kebersahajaan dan juga keramahan penduduk negara yang mata uangnya Rupee ini.
Kisah ini terjadi pada tahun 2002, lebih dari sepuluh tahun yang lalu dan ketika itu usia saya sendiri masihkurang dari lima tahun.(tapi bukan bayi loh). Namun karena cukup berkesan dan sering diceritakan kembali oleh kakak dan ayah saya , maka saya selalu mengingat kisah perjalanan yang berkesan selama beberapa hari di Srilanka itu.
Pesawat yang membawa saya dari Hongkong mendarat di Bandar Udara Internasional Bandaranaike yang letaknya cukup jauh dari ibu kota Kolombo. Namun ayah telah memesan taksi yang akan menjemput kami sekeluargadan membawa kami ke sebuah hotel di pusat kota Kolombo. Taksi ini pula yang kemudian mengantar kami sekeluarga berkelana ke beberapa kota lain di Srilanka seperti Kandy dan Sigiriya.
Sekilas, kota Kolombo sendiri tampak lebih kusam dibandingkan dengan Jakarta yang lebih modern dengan gedung-gedung yang tinggi. Namunkalau soal ramainya lalu lintas, Kolombo juga cukup ramai karena penduduknya pun cukup padat. Namun di sini suasana nya cukup santai dan bersahaja. Tapi kata ayah agak seram juga karena waktu itu masih seru-serunya Macan Tamil.
Pada hari pertama jalan-jalan kami di kota ini, kami tidak naik taksi sewaan, tapi mencoba berkelana secara mandiri saja.Ketika naik bajaj menuju ke sebuah pantai yang cukup ramai dan menghadap langsung ke Samudra Hindia, supirnya menawarkan untuk sekalian menyewa selama satu hari dan dihitung biaya perjam.
DI dekat pantai ini terdapat sebuah Hotel yang cukup megah dan namanya Taj Samudra. Akhirnya, sang supir bajaj yang ternyata bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan logat Melayu Ambon itu menjadi supir merangkap guide dalamcity tur dengan bajaj keliling kota Kolombo.
Mula-mula ayah sedikit menolak karena sebenarnya bajaj itu cukup sempit untuk ditumpangi kami sekeluarga. Ayah, Ibu dan kedua kakak saya duduk di dalam tempat penumpang sedangkan saya yang masih kecil mungil didudukan tepat di pangkuansupir Bajaj. Singkatnya, saya menjadi anak supir bajaj selama dalam perjalanan keliling kota. Akhirnya ayah pun setuju untukmencarter bajajtadi keliling kota Kolombo.
Ada beberapa tempat menarik yang sempat kami kunjungi, di antaranya beberapa buah vihara Budhha dan Pura Hindhu yang terkenal di Ibu Kota Srilanka ini. Saya sempat lupa namanya , yang saya ingat adalah kiyta diharuskan membuka sepatu sewaktu masuk ke tempat obaah ummat Buddha ini dan di dalamnya ada sebuah patung Buddha yang besar dan juga ratusan patung yang dalam ukuran lebih kecil.Srilanka memang negara dengan rakyat pemeluk agama Buddha, sememtara agama Hidhu hanya menjadi minoritas.
Selain itu kami juga berkeliling mengunjungi taman paling luas di kota Kolombo yaitu Viharamahadevi Park.Di taman yang luas dan hijau dipenuhi pepohonan ini, saya masih ingat ada seekor gajah yang tampak tua dan sakit-sakitan ditemani oelah seorang penjaga yang bertelanjang dada.Di dekat tempat ini, kami juga mengunjungi Balai Kota atau Colombo Town Hall yang mempunyai kubah megah mirip denganGedungCapitiol di Wahington. (kata ayah saya).
Perjalanan ke Kolombo, juga belum lengkap kalau tidak mapir ke Indepedence Memorial Hall, yang cukup megah dan banyak patung singa. Saya sempat mejeng juga di salah satu patung singa itu. Dalam perjalanan dengan supir bajaj yang ramah dan selalu berbicara bahasa Indonesia logat Ambon ini, kami juga sempat diajak melihat tempat batu permata. Tapi kami tidak tertarik untuk berbelanja.
Singkatnya, selama satu hari itu , saya dan keluarga keliling kota ini dengan naik bajaj berwrana hijau dengan supir yang hitam manis. Asyiknya saya sendiri duduk di pangkuan sang supir dan menjadi anak supir bajaj selama sehari. Benar-benar pengalaman yang berkesan dan tidak dapat dilupakan, Apa lagi kalau masih sempat melihat foro-foto dari masa sekitar sepuluh tahun yang lalu itu.