Saat engkau membuka pintu masjid. Secara kasat mata mungkin hanya daun pintu yang bergerak. Namun di mata para malaikat, engkau telah membuka pintu langit dan pintu rahmat yang luasnya melebihi langit dan bumi.
Lalu engkau solat dua rakaat tahiyatul masjid. Dalam ukuran waktu dunia mungkin hanya sekejap, dua atau tiga menit. Namun dalam alam akhirat bisa jadi dua rakaat itu yang menyelamatkan kamu dari ribuan tahun siksa neraka, dan menghantarkanmu pada keabadian waktu di akhirat.
Saat adzan menggema sementara engkau telah duduk rapih di masjid. Terlihat sepele di mata dunia yang terlalu sibuk. Namun di mata penduduk langit engkau orang yang mulia. Yang dibangga-banggakan Sang Pencipta, Tuhan Semesta.
Saat iqomat berkumandang kemudian imam berdiri. Sedangkan kamu berada di shaf pertama. Tanpa sepercik keistimewaan di pandangan manusia. Namun tahukah engkau, engkau sedang berdiri menghadap Penguasa dunia seisinya. Yang sanggup mengabulkan segala pinta.
Ketika gerakan shalat beriring satu per satu. Takbir, rukuk, sujud. Kamu berpikir kamu yang bergerak. Namun sejatinya Allah yang menggerakkan. Allah yang memberikan anugerah berupa rukuk dan sujudmu dihadapanNya. Karena nikmat semacam itu hanya Ia berikan kepada hambaNya yang istimewa.
Terlebih ketika air mata jatuh, sementara engkau masih berada diantara takbir dan salam. Nikmat mana lagi yang lebih besar dari itu? Apakah layak istana dunia, seluruh kendaraan mewah, dan apapun yang terlihat mata disandingkan dengan nikmat air mata yang jatuh? Sama sekali tidak.
Sekali-kali dunia tidak mampu menampung nikmat air mata yang jatuh tatkala sholat.