Nim   : 2410416320025
Kelas : B
Dosen : Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si, M.Si.
Prodi : GEOGRAFI
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas : Lambung Mangkurat
LAHAN BASAH
Lahan basah, atau wetland, adalah ekosistem unik yang memiliki karakteristik tanah yang jenuh air, baik secara permanen maupun musiman. Lahan ini bisa ditemukan di berbagai tempat, seperti rawa, paya, dan delta, dan sering kali terletak di antara daratan dan perairan, termasuk pantai dan sungai.
Secara umum, lahan basah terbagi menjadi dua kategori utama: lahan basah permanen, yang selalu terendam air, dan lahan basah sementara, yang terisi air hanya pada musim tertentu. Ciri-ciri khas lahan basah meliputi vegetasi yang tahan terhadap kondisi jenuh air, seperti mangrove, eceng gondok, dan berbagai jenis rumput.
Lahan basah memiliki peran ekosistem yang sangat penting. Mereka bertindak sebagai penyaring alami, membersihkan polutan dari air, dan menyediakan habitat bagi banyak spesies flora dan fauna. Selain itu, lahan basah juga berfungsi dalam mengatur siklus air, mengurangi banjir, dan menjaga kestabilan ekosistem di sekitarnya.
Dari sudut pandang lingkungan, lahan basah berperan sebagai penyimpan karbon, membantu mitigasi perubahan iklim. Namun, lahan basah menghadapi berbagai ancaman, seperti konversi lahan untuk pertanian, urbanisasi, dan polusi, yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas dan luas lahan tersebut. Oleh karena itu, konservasi lahan basah sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan sumber daya alam.
GEOTAGGING
Geotagging adalah proses penambahan metadata yang berisi informasi geografis tentang suatu lokasi ke dalam peta digital. Data biasanya terdiri dari koordinat lintang dan bujur, tetapi mungkin juga menyertakan stempel waktu, serta tautan ke informasi tambahan. Metadata geotagging dapat ditambahkan secara manual atau terprogram.