Rizka Tsaniyatun Nafi'ah Pawae (120)
Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir H. Juanda No.95, Ciputat Timur,Kota Tangerang Selatan, Banten, 15412
Dosen Pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud,LC.M.A.
Abstract
Pengaruh Islam mulai terasa di Indonesia saat tasawuf menjadi pandangan utama dalam dunia Islam. Pemikiran Ibn Al-'Arabi dan Abu Hamid Al-Ghazali berpengaruh pada pengarang Muslim generasi pertama di Indonesia. Secara relatif, tarekat adalah tahap terakhir dari perkembangan tasawuf, tetapi menjelang akhir abad ke-13, ketika Indonesia beralih ke Islam, tarekat sedang mencapai puncak kejayaan. Istilah tarekat (artinya "jalan") merujuk pada sistem latihan meditasi dan amalan (seperti muraqabah, dzikir, wirid, dll) yang terkait dengan sejumlah guru sufi dan organisasi yang terhubung dengan metode sufi ini. Peran tarekat dalam mengembangkan dakwah Islam bisa dilihat dari berbagai cara, seperti melalui pendidikan, kegiatan sosial dan ekonomi, serta peran dalam hal sosial-politik dan militer. Apabila dilihat peranan tarekat dalam panggung kehidupan sosial-historik ini, kompleks dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Keywords:Â Tarekat, Politik Isalam, Dakwah, Tasawuf.
Pendahuluan
Tarekat berasal dari kata Arab thariqah yang berarti "jalan". Kemudian, mereka menganggapnya sebagai jalan menuju Tuhan, pengetahuan batin, dan tasawuf. Tarekat adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang diajarkan oleh para ulama sufi, yang diyakini berasal dari Tuhan dan disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril. Kata "tarekat" (cara praktis dalam ber-tasawuf) lebih populer dibandingkan dengan tasawuf, terutama di kalangan pengikut biasa yang merupakan kelompok terbesar. Sufi-sufi yang melakukan tarekat menggambarkan dirinya yang sedang mencari Tuhan bagaikan pengembara (salik). Mereka melangkah maju dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahapan-tahapan itu mereka menyebutnya dengan "mawamat". Jalan yang mereka tempuh disebut jjuga "hariwah". Tarekat atau jalan sufi ini begitu penting sehingga seringkalii ilmu tasawuf disebut juga dengan ilmu suluk.
 Metode
Tarekat tidak membicarakan filsafat tasawuf, tetapi merupakan amalan (tasawuf) atau prakarsanya. Pengamalan tarekat merupakan suatu kepatuhan secara ketat kepada peraturan-peraturan syariat islam dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat ritual maupun social, yaitu dengan menjalankan praktik-praktik dan mengerjakan amalan yang bersifat sunah, baik sebelum maupun sesudah shalat wajib, dan mempraktikkan riyadhah. Para kyai menganggap dirinya sebagai ahli tarekat. Tarekat dinamakan mu'tabarah jika memiliki silsilah yang berkesinambungan sampai Rasulullah saw. Silsilah dalam tarekat mirip dengan fungsi sanad dalam hadis, yakni untuk menjaga dan membuktikan keotentikan amaliah tarekat. Dalam sejarah pembentukan tasawuf dan tarekat, terdapat banyak kata yang digunakan untuk merujuk pada tempat belajar dan berlatih dalam hal spiritual. Istilah lain untuk itu adalah "zawiyah", yang dalam arti harfiah berarti "pojok". Penamaan ini terkait dengan awal mula kehidupan tasawuf dalam Islam, yaitu ketika para sahabat tinggal di salah satu sudut Masjid Nabawi di Madinah. Mereka disebut sebagai AhlusShuffah.Â
Pembahasan
- Â Asal mula munculnya tarekat dalam Islam berkaitan dengan praktik tasawuf yang dilakukan oleh para sufi. Tasawuf adalah praktik individu yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah. Individu ini percaya bahwa hanya melakukan amalan wajib setiap hari tidak cukup untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa perlu melakukan ibadah tambahan agar bisa semakin dekat dengan Allah, selain dari ibadah wajib. Munculnya tasawuf dalam makna non formal terjadi pada awal abad pertama Hijriah atau sekitar abad ke-8 Masehi. Pada awalnya, beberapa orang sufi fokus pada ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf di awalnya bersifat asketis (zuhd). Ini berarti menjauh dari kehidupan dunia dengan menghindari interaksi dengan masyarakat dan memusatkan diri pada ibadah. Hal ini mungkin karena kebanyakan orang berpikir bahwa kehidupan dunia dapat membuat mereka lupa akan Allah. Oleh karena itu, manusia harus melepaskan diri dari urusan dunia dan tidak terlalu bergantung pada hal-hal duniawi yang hanya sementara. Satu-satunya tempat untuk bergantung adalah kepada Allah Swt. Pertimbangan tarekat dalam Islam sangat penting bagi perkembangan agama tersebut. Ini memberikan banyak manfaat dalam hal kehidupan rohani (dzikir) dan fisik (olah jiwa). Beberapa manfaatnya antara lain: Tazkiyatun nafsi (pensucian jiwa) adalah proses untuk membuat jiwa merasa tenang dan tentram secara terus-menerus. Dan Taqarrub ilallah (Mendekatkan diri pada Allah ) Merupakan salah satu tujuan pokok para ahli tarekat.