tahukah kau hari ini ibu pertiwi menangis sedu sedan,
pilu menanti kau kembali bijak bestari,
Ayah . . .
Tak kah kau lihat anak-anak mu bermain dengan rupiah haram?
Pamer jabatan, sikut sana-sini asal perut kenyang hati senang . . .
Palu hukum ketukannya semakin minor saja. . . .
Ayah,
Hari ini Ibu Pertiwi menangis lagi,
Kau jual murah tenaga anak-anak mu,
kau gadaikan kehidupan hanya demi rupiah-rupiah yang kau sebut itu pendapatan negara . . .
Ayah,
tak inginkah segera kau kembali pada ibu pertiwi,
karena sepertinya ia sudah jengah dengan penantiannya,
ia sudah bosan dengan janji indah mu,
kau hanya perlu menjadi jujur,
bersimpuh dan meminta maaf  nya,
Ayah,
ku tunggu kau
dalam pelukan ibu ku pertiwi . . .
(ketika sosok pemimpin yang  lurus sangat didambakan)