Mengerti tidak bahwa aku begitu mencemaskanmu. Karena khawatirnya aku sampai mulas. Jantungku berdetak melebihi kecepatan kuda, lomapatan kijang ataupun berenangnya hui putih. Sementara faktanya adalah bahwa kau seolah tak tahu, entah memang tidak tahu atau pura-pura dungu. Kau begitu cuek, kaku, dan kolot seperti pemuda di jaman opa yang hanya ngapel malam minggu kerumah gadisnya dan pacaranlah mereka diruang tamu berneon kuning dengan bapaknya yang sedang membaca koran sambil menghisap cerutu dan ibunya yang sedang merajut taplak meja.