Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sayonara, Slamet

7 Maret 2012   10:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:24 92 0
Sekolah merupakan hal yang berguna, menyenangkan, namun juga melelahkan bagi sebagian anak. Banyak yg selalu berteriak lantang memanggil manggil ibunya ketika baru pulang dari sekolah. Namun terkadang aku berpikir, apa guna berteriak macam itu? Bukankah akan jadi lebih lelah? (yang bilang ‘nggak’ berarti bohong :D). Nah, dari kesimpulan itulah aku tak pernah berusaha meniru kelakuan itu. Toh aku ini orang udik. Kalaupun aku berteriak, kemungkinan besar ibuku hanya membawakan air kendi. Bukankah hal itu bisa kulakukan sendiri?(yang bilang ‘nggak’ berarti bohong lagi).

Lalu apa yang aku lakukan ketika aku baru pulang dari sekolah? Ke kandang kambing ! jangan heran. Karena aku lebih suka ke kandang kambing ketimbang berteriak teriak minta dibawakan air kendi. Alasannya, aku ditemani si slamet kambing kesayanganku jika aku ke kandang kambing. Dan jika aku berteriak teriak, paling kau hanya ditemani kendi berisi air.

Kalian tau? Hampir tiap hari slamet kujadikan tempat curahan hati(curhat).jangan kalian anggap aku aneh. Karena slamet adalah pendengar yang baik. Dia nggak suka marah dan dia juga nggak ember.(iyalah nggak ember.ada juga embek)

Sore itu, setelah dari siang aku di kandang si slamet,segera aku bergegas mengambil kalender. Ku tengok dan kuperhatikan.

“sudah akhir dzulqo’dah. Itu artinya sebentar lagi idul adha”. Pikirku.

Kemudian aku berlari ke kamar bapak dengan tergopoh gopoh.

“Pak..pak..hh..hhh…” aku memanggil bapak di iring suara keras napasku.

“iya yo..kenapa kamu lari lari?”

“sebentar lagi idul adha, sudahkah bapak menyiapkan kambing untuk dijadikan hewan qurban?”

“karyo..karyo..tenang saja..bapak sudah memesan kambing untuk idul adha..”

“syukurlah..”kupasang muka riang dan lega.

Seminggu kemudian, kambing tersebut dating. Segera aku bilang bapak untuk membuat kandang lagi.karena kandang slamet tak boleh ditinggali kambing lain. Sungguh aku bahagia.slamet kembali lolos dari idul adha. Aku blum ingin kehilangan dia. Aku ingin jadikan dia kambing best of the best dikampungku. Aku masih ingin berbagi cerita dengannya.

Lusa adalah hari raya idul adha. Malam ini, ibu mulai sibuk berkutat dengan kompor dan opor. Bapak mulai sibuk dengan kambingnya, dan aku sibuk dengan si slamet. Hingga larut kami selesaikan pekerjaan kami masing masing. Kemudian segera kami beristirahat. Keesokan harinya saat aku selesai sholat subuh, ku dengar bapak beristighfar sangat keras. Suara itu berasal dari kandang kambing bapak. Segera aku berlari menuju kandang. Disana kulihat bapak terduduk lemas.

“pak..pak..bapak kenapa?”

“kambingku, yo…”

“lho, kambinya kemana pak?

“hilang yo..hiks hiks” kata bapak sambil bercucuran air mata.

“astaghfirullah..” aku hanya bisa istighfar.

Pantas saja bapak menangis. Bukan hal mudah bagi kami sekeluarga untuk membeli seekor kambing. Bapak begitu gundah, bingung harus bagaimana.

“pak..”kataku.

“iya yo..”

“bapak tidak apa apa?”

“tidak nak..bapak baik baik saja.. “ dia tersenyum getir.

Kemudian aku bergegas ke kamar.aku duduk, merenung.

“Ya Allah..Engkau tahu bapak bukan makhluk hina.. mengapa Kau beri cobaan macam ini?”

Lalu ku pejamkan mataku. Saat itu, aku tiba tiba berpikir untuk menjadikan slamet sebagai hewan qurban pengganti kambing itu. Kurenungkan lagi niatku.

“bukankah aku sudah bertekat untuk menjadikan slamet kambing best of the best di kampong? Mungkin ini moment yang pas. Dia akan menjadi kambing best of the best saat idul adha besok. Bapak telah banyak lakukan hal terbaik untukku dan slamet. Banyak hal yang tak dapat kami balas satu persatu. Memang aku sudah merawat slamet sejak dia kecil.tp itu hal kecil . lebih kecil ketimbang pengorbanan bapak untukku sejak aku lahir. Ini moment yang pas.bapak pantas mendapatkan slamet. Ini tanda baktiku untuk bapak.”

Setelah aku memantapkan niatku, segera aku ke kamar bapak.

“pak..karyo ingin bicar.”

“bicara apa nak?”

“biar slamet yg menggantikan kambing itu sebagai hewan qurban..”

“apa??! Tidak yo..kamu sudah merawatnya dr kecil..”

“ini belum seberapa pak…belum seberapa disbanding pengorbanan bapak dan ibu untukku selama ini.. “

“tidak yo..bapak bisa beli kambing lg..”

“nggak pak..uangnya disimpan saja untuk kebutuhan lain..slamet buat bapak saja..tabungan karyo sudah cukup untuk beli kambing lagi apk.. “

“apa kamu yakin nak?”

“tentu pak..” akupun tersenyum.

“trimakasih nak..bapak bangga kepadamu..” bapak memelukku erat deriring isak tangis.

Hari penyembelihan tiba. Slamet sudah berdiri diantara kambing lain. Aku tak tega.namun aku lihat kambing lain, dia terlihat paling gagah.itu yang mmbuatku masih bisa tersenyum.

“slamet..maaf jika aku belum bisa jadi majikan yang baik..aku menyayangimu, met..baik baik disana ya…”

Batinku sambil menangis.. sebelum slamet pergi, aku ingin memeluknya sambil berkata sayonara slamet..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun