Aku membuang napas lelah sambil memandang Amin, anak didikku itu tetap duduk di kursinya sambil tersenyum kecut ke arahku sementara teman-temannya mengumpulkan lembar jawaban. Amin. Anak satu ini sangat sulit mencerna apa yang kusampaikan sehingga terkadang, aku dibuat jengkel olehnya. Bayangkan!!!!! Bahkan, soal termudah untuk anak kelas tiga SD saja tidak bisa ia kerjakan! Banyak sekali alasan yang membuatku malas untuk memasuki kelas IX B ini. Si Amin dengan....kapasitas otak yang minim, Jefri si pembuat onar, Rahma si tukang tidur, Chacha si tukang telatt dan ah, entahlah!!! Aku.....merasa tertekan untuk mengajar disini, apalagi tahun ini akulah wali kelas mereka. Andaikan aku menjadi wali kelas IX A, pasti aku akan jauh lebih bersemangat. Mereka sangat aktif, pintar dan begitu semangat belajar. Sungguh perbedaan yang begitu jauh, bagaikan langit dan bumi.
KEMBALI KE ARTIKEL