Mereka dianggap lebih menguntungkan untuk bidang-bidang tertentu dibanding orang lain karena penampilannya yang dianggap lebih cantik. Meski beberapa orang memang memiliki inner beauty-nya masing-masing, namun keistimewaan akan hal ini menjadi salah satu bentuk diskriminatif yang paling sering terjadi di lingkungan sosial.
Contoh beauty privilege yang paling sering ditemui adalah, orang yang dianggap menarik cenderung mendapat perlakuan lebih baik dan dihargai dalam konteks pekerjaan, serta seringkali dipandang lebih positif secara umum.
Namun, hak istimewa ini juga dapat membawa tekanan tersendiri, terutama bagi mereka yang merasa perlu untuk selalu menjaga penampilan dan memenuhi standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat.
Dalam praktiknya, keistimewaan seperti ini tidaklah seimbang dan seringkali berdampak pada orang yang tidak dianggap menarik. Sebab, orang yang dianggap kurang sesuai dengan standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat seringkali mengalami penolakan, dikucilkan, dan parahnya diskriminati.
Kondisi yang membuat mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan atau mendapat perlakuan yang sama dengan orang yang dianggap cantik.