Asap rokok membuana. Berseteru dengan desakan badan penuh keringat. Derum bus tua ini semakin mempercepat lajunya. Entah dipaksa entah berusaha. Bus ini berdecit setiap kenop rem menempel sol karet. Aku berusaha berkedip. Namun sepertinya udara menerbangkan debu-debu yang jatuh tepat sebelum kelopak menutup sempurna. Sesering mungkin kutengok jalanan penuh dengan makhluk yang serupa. Ada biru merah dan putih tulang. Kesemuanya beradu dalam kilah asap knalpot. Berdempetan dengan rentetan panjang mengantri. “Hari ini aku pulang!”. Entah sudah berkilah ratusan kali dalam hati. Tapi tetap saja kesan bahagianya tak mampu terwujud sempurna.