Dalam acara tersebut, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyambut baik penandatanganan MoU ini sebagai langkah strategis untuk menyebarluaskan nilai-nilai kebangsaan. "Ulama lebih didengar masyarakat daripada politisi. Dengan bekerja sama dengan ormas seperti LDII, kita dapat lebih efektif menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," ujar Bamsoet.
Bamsoet juga menekankan ancaman dari teknologi, media sosial, dan ideologi eksternal yang dapat merusak nilai-nilai kebangsaan. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang berpijak pada falsafah bangsanya sendiri," tambahnya, mengajak untuk menjaga persatuan dan kesatuan berdasarkan Pancasila.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengungkapkan pentingnya memahami dan menerapkan Pancasila dengan benar untuk menjaga integritas negara. "Salah penerapan Pancasila dapat membahayakan negara dan membuatnya rentan terhadap ekstremisme," ujarnya. Chriswanto juga menyoroti pentingnya literasi digital dan pemanfaatan media sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang Pancasila.
Program "Sekolah Virtual Kebangsaan" akan fokus pada pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai kebangsaan di kalangan pendidik, tokoh LDII, dai-daiyah, dan pimpinan pondok pesantren. Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono menegaskan kesiapan LDII untuk berkolaborasi dengan MPR dalam melaksanakan program ini. "Kami berharap sosialisasi empat pilar kebangsaan terus dilakukan untuk membangun identitas bangsa dan mencapai tujuan negara," ujar Singgih.
Ia menambahkan, "Kemenangan kita dalam melawan penjajahan dan mewujudkan pembangunan nasional bergantung pada persatuan, kesatuan, gotong royong, toleransi, dan kekompakan. Kami berkomitmen untuk mewujudkan Empat Pilar Kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara." (Lines/Rizal PM)