Pengalaman Deri sebagai seorang perwira TNI tidaklah biasa. Ia telah dua kali bertugas dalam misi perdamaian dunia di bawah bendera PBB. Pada tahun 2021 hingga 2022, Deri bergabung dalam Satgas Kizi Monusco XX-R di Kongo, sebuah misi yang mengharuskannya memimpin pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur di daerah konflik. Tidak hanya itu, pada tahun 2024 hingga 2025, Deri kembali ke Kongo sebagai bagian dari Satgas IndoRDB Monusco XXX-F, bertugas sebagai interpreter bahasa Prancis sekaligus officer CIMIC (Civil-Military Cooperation).
Selama bertugas di Satgas Kizi Monusco, Deri menjabat sebagai Komandan Tim Zeni. Tugasnya melibatkan tanggung jawab besar dalam memimpin pasukan untuk melaksanakan pembangunan, perawatan, dan rehabilitasi infrastruktur. Di bawah komandonya, tim Zeni berhasil membangun dan memperbaiki fasilitas vital, termasuk camp militer untuk pasukan PBB dan FARDC (Forces Armes de la Rpublique Dmocratique du Congo), memperbaiki jalan, serta membangun saluran dan lampu di landasan bandar udara Beni Mavivi. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi pencapaian teknis, tetapi juga simbol kontribusi Indonesia dalam perdamaian global.
Selain keahliannya di bidang teknik militer, Deri juga menunjukkan kemampuan linguistiknya dengan menjadi interpreter bahasa Prancis selama bertugas di Satgas IndoRDB. Kemampuan ini sangat penting mengingat bahasa Prancis merupakan bahasa resmi di Kongo. Sebagai interpreter, ia menjadi penghubung utama antara Komandan Satgas dan pihak-pihak lokal maupun internasional. Peran ini krusial dalam menjaga komunikasi yang efektif selama pelaksanaan misi.
Selain menjadi interpreter, Deri juga bertanggung jawab sebagai Officer CIMIC, yang mengoordinasikan kerjasama antara militer dan masyarakat sipil. Dalam peran ini, ia mengembangkan dan melaksanakan berbagai program yang bertujuan membantu masyarakat terdampak konflik. Mulai dari proyek pembangunan infrastruktur hingga penyediaan kebutuhan dasar seperti air bersih dan perbaikan fasilitas umum, Deri dan timnya memberikan kontribusi nyata bagi perbaikan kondisi sosial dan ekonomi di wilayah tersebut.
Tugas-tugas ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang perwira seperti Lettu Caj Deri Irawan dalam misi perdamaian dunia. Selain menuntut kemampuan teknis dan militer, misinya juga membutuhkan kepekaan sosial, kerjasama internasional, dan kemampuan beradaptasi di lingkungan multikultural yang kompleks. Pengalamannya di Kongo menunjukkan bahwa tugas seorang prajurit bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga membangun perdamaian yang berkelanjutan.
Lettu Caj Deri Irawan adalah bukti nyata bahwa perwira militer tidak hanya terlibat dalam operasi tempur, tetapi juga dalam tugas-tugas kemanusiaan. Dedikasinya dalam menjaga perdamaian di Kongo menginspirasi generasi muda untuk melihat TNI bukan hanya sebagai institusi pertahanan, tetapi juga sebagai agen perubahan global. Dengan latar belakang akademis di bidang sastra Prancis dan pengalaman operasional yang kaya, Deri telah membuktikan bahwa militer dan intelektualitas dapat berjalan beriringan untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Ke depan, pengalaman Deri dalam misi perdamaian dunia ini diharapkan dapat terus menjadi bekal berharga dalam karirnya sebagai perwira TNI. Sebagai seorang pemimpin muda, ia telah menunjukkan kualitas kepemimpinan, profesionalisme, dan komitmen yang tinggi dalam mengemban tugas negara, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.