Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Lupa Sarapan di Hari Senin yang Melelahkan

13 Mei 2024   10:20 Diperbarui: 13 Mei 2024   10:26 204 1
Senyap. Itulah yang dialami Maya ketika dia bangun pada pagi Senin yang melelahkan itu. Dengan mata masih berat, dia mencoba meraih ponsel di meja samping tempat tidurnya. Layar ponsel menyala, menunjukkan pukul 7:30 pagi. Sebuah teriakan dalam hati mengingatkannya bahwa dia sudah terlambat. Maya melompat dari tempat tidur, membiarkan selimutnya terjatuh ke lantai yang dingin. Tidak ada waktu untuk sarapan, pikirnya.

Dalam kecepatan yang luar biasa, Maya menyambar pakaian yang tergeletak di kursi, mengenakannya tanpa peduli apakah cocok atau tidak. Dia tergesa-gesa menuju pintu, mengabaikan perut yang mulai merengek minta diisi. Di dalam hatinya, dia berjanji akan makan sesuatu di jalan.

Saat Maya tiba di halte bus, dia melihat bus yang biasa dia naiki sudah pergi. "Tidak lagi," gumamnya frustasi. Dengan kecepatan kilat, dia mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi melalui aplikasi. "Seharusnya aku lebih awal," katanya pada dirinya sendiri sambil menatap jalan yang masih sepi.

Saat tiba di kantor, Maya langsung berlari menuju lift, bergabung dengan kerumunan orang yang juga terburu-buru. Tangannya gemetar saat dia menekan tombol lantai tujuh. Begitu pintu lift terbuka, dia meluncur masuk, hampir saja menabrak seseorang di dalamnya.

Sesampainya di kantor, Maya masuk ke ruangannya dengan nafas terengah-engah. Dia melihat jam dinding menunjukkan pukul 8:45 pagi. "Setidaknya tidak terlalu terlambat," gumamnya sambil menarik nafas lega. Namun, perutnya sudah mulai berbunyi lagi, mengingatkannya bahwa dia lupa sarapan.

Maya membuka laptopnya dan mulai membenahi tumpukan pekerjaan yang menunggu. Walaupun dia merasa lapar, namun dia terus fokus pada tugas-tugasnya. Pikirannya terus melayang pada menu sarapan yang lewat begitu saja. Setetes penyesalan menghampirinya, tapi dia cepat mengusirnya.

Ketika tiba waktu istirahat, Maya buru-buru pergi ke kantin. Namun, semua makanan yang biasanya dia sukai sudah habis terjual. Dia terduduk lemas di salah satu meja kosong, meratapi nasibnya yang terlambat dan lupa sarapan. Tetapi, tiba-tiba, seorang teman sejawat menghampirinya dengan sepotong roti dan secangkir kopi. "Kau terlihat membutuhkannya," kata temannya sambil tersenyum.

Saat Maya meneguk kopi dan mengunyah roti, dia merasa hangat di dalam hati. Dia menyadari bahwa terlambat dan lupa sarapan bukanlah akhir dari segalanya. Kadang-kadang, hal-hal kecil seperti ini mengajarkannya tentang kebaikan dan kerja sama. Dengan senyum, Maya melanjutkan hari Seninnya yang melelahkan, namun kali ini dengan semangat yang sedikit lebih besar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun