Suara pena yang bergerak dengan cepat terdengar di sudut ruang tersebut. Seorang mahasiswa duduk di depan laptopnya, mengetik dengan penuh konsentrasi sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba. Tulisan-tulisannya mengalir seperti air yang tak pernah berhenti, menggambarkan betapa pentingnya menulis sebagai bentuk ekspresi ilmu.
Saat waktu berbuka semakin dekat, aroma masakan khas bulan puasa mulai tercium di sekitar kampus. Namun, sekelompok mahasiswa masih asyik dalam diskusi ilmiah mereka. Mereka terlihat begitu tergila-gila dengan topik yang sedang mereka bahas, sehingga lupa akan rasa lapar dan dahaga yang menyertai puasa.
Pada saat adzan berkumandang, suasana kampus berubah. Para mahasiswa yang tadinya serius dalam diskusi ilmiahnya mulai menyiapkan segala sesuatu untuk berbuka puasa. Mereka mengatur meja, menyediakan makanan dan minuman dengan penuh semangat, seolah-olah kebersamaan mereka adalah ibadah yang tak ternilai.
Setelah berbuka, suasana di kampus menjadi lebih hangat. Para mahasiswa berkumpul di sekitar meja makan, tertawa, bercanda, dan saling berbagi cerita. Namun, di antara mereka masih terlihat yang membawa buku-buku dan laptop, tak ingin kehilangan momentum belajar meskipun sudah waktunya beristirahat.
Malam mulai menyelimuti kampus, tetapi semangat belajar tak pernah padam. Beberapa mahasiswa masih bertahan di perpustakaan, menelusuri buku-buku dan jurnal ilmiah untuk menambah wawasan. Mereka tahu bahwa di tengah kesibukan bulan puasa, waktu untuk belajar dan menulis sangatlah berharga.
Begitulah keseharian di kampus itu, di mana diskusi ilmiah dan menulis tak pernah berhenti meskipun di tengah-tengah keterbatasan waktu akibat puasa. Para mahasiswa belajar bahwa semangat dan ketekunan adalah kunci menuju keberhasilan, baik dalam mengejar ilmu maupun dalam menjalani ibadah puasa.