Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Indonesia Siap 80% Komponen Lokal

16 November 2013   23:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:04 688 1

Dalam dua bulan belakangan ini, saya sering melihat sekelebat lalu lalang mobil Agya da Ayla (maaf, bukan bermaksud untuk promosi), yang disebut-sebut mobil Lost Cost Green Car (LCGC)-nya Astra-Daihatsu. Sepintas, tak ada istimewa, selain harganya yang murah. Tapi kalau ditelisik lebih dalam, dari PP No 41 Tahun 2013, mobil-mobil LCGC ini memiliki keistimewaan yang luar biasa.

Meski saya tak mampu membeli mobil ini, tapi lewat aturan ini saya sependapat seratus persen. Alasan saya sederhana, mungkin sama dengan Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin, “Dengan 80% komponen lokal dan harus membangun pabrik di dalam negeri, otomatis industri otomotif negara kita akan berkembang. Ujung-ujungnya membuka lapangan pekerjaan bagi orang banyak,” kata Budi saat saya temui di ruang kerjanya yang rapi, beberapa waktu lalu.

Menarik memang. 80% komponen lokal yang harus dipenuhi adalah rangka mobil, body mobil, kaca, lampu (baik utama maupun kiri-kanan), interior (jok, audio, AC, dashboard), sassis, engine, dll. Sisanya seperti sistem transmisi beserta teknologi-nya masih dimungkin untuk import, karena di Indonesia belum ada.

Pertanyaannya, mampukah Indonesia? “Sangat mampu. Kita sejak tahun 1980-an sudah bisa memproduksi komponen mobil sendiri. Bahkan pabrik saya selalu ekspor komponen dum truck dan pick-up,” tegas Edward Wanandi, pemilik pabrik komponen lokal Gemala Kempa Daya dan Inti Ganda Perdana, di kawasan industri Pulo Gadung.

Awal November kemarin, saya diberi kesempatan mengunjungi pabriknya. Begitu masuk kawasan, saya disuguhi ratusan rangka truck dan pick yang siap diekspor. Lalu lalang engineer serta derunya suara mesin terus-menerus memproduksi komponen-komponennya. “Kami telah berpuluh tahun memproduksi komponen otomotif di dalam negeri,” ujar Budi Pranadi, Vice President IGP dengan bangganya.

Saya pun diajak ke blok produksi khusus mobil LCGC. Jaraknya 200 meter dari pabrik utama. Di blok ini, saya ditunjukkan bagaimana para karyawan atau engineer-engineer Indonesia merancang dan menciptakan brecket atau tromol roda untuk LCGC. “Brecket atau tromol ini sudah kita produksi dalam negeri. Dan tromol ini sudah dipesan Astra-Daihatsu untuk mobil agya-ayla,” terang Abun Gunawan, Deputy Division Head Engineering IGP dengan bersemangat kepada saya.

Saya pun bangga. Bahwa kita memiliki engineer-engineer (baca; SDM) yang tak kalah dengan negara Jepang atau India. “Ini bukti bahwa Indonesia siap bersaing dengan negara-negara pabrikan otomotif. Kebijakan LCGC sangat tepat untuk membuka lebar-lebar industri otomotif dalam negeri,” tandas Dasep Ahmadi, technopreneur lulusan ITB, yang mengembangkan mobil listrik bernama Mobira (saya pernah menulis tentang Mobira ini http://sosok.kompasiana.com/2011/12/21/mobira-100-karya-anak-bangsa-423825.html)

Di pabrik Ahmadi, saya melihat sendiri bagaimana engineer-neginer-nya sibuk memproduksi sassis, blok mesin, baut-mur, serta perangkat mobil lainnya. Bahkan para anak-anak bangsa ini telah mampu menciptakan satu mobil bertenaga listrik, yang digadang-gadang Menteri BUMN Dahlan Iskan, sebagai project mobil nasional.  “Saya ingin menunjukkan bahwa anak bangsa juga bisa membuat mobil sendiri tanpa impor komponen,”Ir Dasep Ahmadi mengatakan kepada saya setahun lalu.

Akhirnya, harus diakui atau tidak, bahwa selain harganya yang murah, program mobil LCGC telah memberikan ruang bagi industri otomotif nasional, serta membuka banyak usaha-usaha kecil dan menengah akan tumbuh dan hidup. “Untuk wajib 80% lokal, kami siap. Kami juga merangkul UKM-UKM binaan untuk mensukseskan LCGC ini. Kami tak bisa sendirian,” ungkap Yulian Warman, Humas Astra, saat saya hubungi mengenai kesiapan markas Sunter dalam tuntutan 80% komponen lokal.

Ini bukti bahwa Indonesia siap bersaing. Sektor otomotif kita tak ingin hanya menjadi konsumen, tapi kita ingin menciptakan. Menciptakan bangsa yang mandiri. Bangsa yang memiliki putra-putra terbaik dalam membangun industri otomotif lokal. Bagi saya, inilah ekspresi Indonesia yang dapat menjadi spirit dan inspirasi kita semua. Salam. (rizaldo, karpetmerah 20131115)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun