Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Bu Darmono, Pahlawan Ibu-ibu Pesisir Semarang

9 Juli 2012   16:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:08 1935 2

Pemberdayaan masyarakat terbukti mampu memberikan pengaruh positif bagi pelakunya. Tak hanya tingkat kesejahteraan yang terkatrol, setiap orang pun kian tegar kala menghadapi tantangan hidup yang semakin berkembang.

Hartini Darmono atau lebih dikenal dengan Ibu Darmono ini adalah salah satu pahlawannya. Dialah sosok di balik kesuksesan dalam memakmurkan Kelompok Swadaya Masyarakat dengan UKM Bandeng Presto. Usaha keras bu Darmono, menjadikannya modal untuk membantu sesama. Di sudut Utara Kota Semarang, Jawa Tengah, kegiatan pemberdayaan penduduk ini menggeliat. Tepatnya di pemukiman penduduk Purwosari IV, Tambak Rejo, Kecamatan Gayam Sari. Perkampungan yang berpenduduk kurang lebih 200-an Kepala Keluarga ini, hampir semua ibu rumahtangganya diberdayakan melalui usahamandiri olahan bandeng presto.

Di sinilah tempat berdiri Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mina Makmur. Sejak tahun 1980, para ibu rumah tangga sekitar, yang mayoritas istri nelayan, diberdayakan menjadi pengolah makanan olahan ikan bandeng. Bandeng presto, pepes bandeng, otak-otak bandeng, juga tahu bandeng kemasan adalah hasil tangan terampil mereka.

Dengan KSM Mina Makmur, bu Darmono berdayakan masyarakat sebagai wadah untuk saling belajar dan bertumbuh bersama menggapai impian untuk keluar dari belenggu kemiskinan. “Tujuan utama saya sejak berjalan tahun 1980 adalah ingin mengangkat perekonomian masyarakat nelayan, khususnya bagi ibu-ibu nelayan agar dapat membantu penghasilan suaminya,” ujar Ibu Darmono di dapur presto miliknya.

Saat saya berkunjung di dapur prestonya, semerbak bau kunyit, bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah lainnya, memanjakan hidung saya. Bandeng olahan, yang semula hanya beredar antar tetangga dan arisan ini, kini mulai merambah ke luar daerah. Bahkan ke luar negeri; Malaysia, Brunei, Singapura dan Timor-Timur.

Para perempuan yang dilatihnya kini pun telah mengikuti jejaknya. Sekitar 78 wanita, di sekitar tempat tinggalnya, mengembangkan usaha olahan banding. Kenapa wanita? Tak lain karena ia ingin lebih memberdayakan sesama kaum perempuan.

Itulah bukti dari kegigihannya. Ibu Darmono ingin berupaya dan bekerja keras untuk mengangkat derajat hidup kaum perempuan sekitar pesisir laut Jawa ini. Selain aktif memberikan motivasi, beliau juga aktif memberikan pelatihan olahan bandeng presto, baik di Kota Semarang maupun luar kota.

Tujuannya satu; ingin memberdayakan ibu-ibu rumah tangga agar kelak dapat membantu perekonomian suaminya, dan dapat menyekolahkan anak-anaknya. “Bandeng presto adalah ikon Kota Semarang. Nah, saya berharap dengan banding ini ibu-ibu dapat menjadi wirausaha mandiri dari hasil olahan ikan nelayan,” tegas lulusan Sastra Perancis IKIP Semarang tahun 1979 ini.

Ibu Sri Rohayati ini misalnya. Sudah 20 tahun berdaya sebagai pengolah ikan bandeng. Ibu lima anak ini sangat beruntung bisa bergabung dengan UKM Mina Makmur. Selain mendapatkan penghasilan 500.000 rupiah per minggunya, ia juga mendapat ilmu kewirausahaan. “Alhamdulillah saya bisa menyekolahkan anak-anak. Saya ingin salah satu anak saya bisa menjadi pengusaha bandeng presto sukses seperti bu Darmono ini,” ucap bu Sri sembari mengolah otak-otak bandengnya dengan penuh semangat.

Begitu juga dirasakan ibu Yamin, atau yang kerap dipanggil Mak Iyak ini. Dulu hanya di rumah saja menunggu suami pulang melaut, kini ia berdaya menjadi pengolah ikan bandeng presto. Sudah 20 tahun, ibu 8 anak ini merasakan manfaat ekonomi yang lumayan semenjak bergabung menjadi binaan UKM Mina Makmur. “Syukur alhamdulillah saya bisa memenuhi semua kebutuhan rumahtangga berkat pemberdayaan bandeng presto bu Darmono ini,” tegas mak Iyak.

Atas kerja kerasnya, yang mengumpulkan para isteri nelayan korban abrasi, ini akhirnya kelompok swadaya masyarakat ini tumbuh menjadi industri rumahan yang sukses. Berbagai penghargaan pun diraihnya. Mulai dari tingkat kecamatan hingga tingkat nasional. “Hanya satu tujuan saya, agar para keluarga bisa sejahtera dengan kemandirian,” tegas bu Darmono seraya menitipkan pesan agar seluruh wanita Indonesia mampu berkarya dengan segala kemampuan yang dimilikinya.

Kesuksesan, bagi wanita kelahiran Demak 07 Agustus 1953 ini, adalah sebuah PERJALANAN. Tidak ada yang hebat dan tak ada yang terlalu istimewa. Semua bisa diperoleh dengan KERJA KERAS dan SIKAP PANTANG MENYERAH. Sekian. Salam. (rizaldo, karpetmerah 20120709)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun