Tak percaya…?! Sedikit bernostalgia dengan gaya tarian sang maestro Tari Topeng (almh) Mimi Rasinah. Ia lahir di Indramayu, 03 Februari 1930. Ia merupakan satu-satunya yang tersisa sejak wafatnya Sawitri, penari topeng asal Losari pada 1999. Dari kecil, almarhumah Mimi sudah menggeluti tari topeng yang diajarkan ayahnya. Sejak tahun 1990, ia telah berkelana untuk pentas tari topeng ke luar negeri, Jepang, Belanda, Paris, dan berbagai negara. Hidupnya dihabiskannya demi memperkenalkan dan mengembangkan tari topeng, berikut ke-khas-an topeng-topengnya.
Puluhan tahun Ia mengabdikan hidupnya demi tari topeng ini. Hingga akhirnya, Sabtu 06 Agustus 2010 silam, Mimi Rasinah pergi selama-lamanya dari dunia seni tari tradisional alias klasik. Meski telah meninggal, tarian ‘Mimi’ masih hidup hingga sekarang di Sanggar Tari Mimi Rasinah di Desa Pekandangan, Kecamatan Indramayu, Jawa Barat. Tari Topeng hidup terus, tak pernah mati oleh apapun dan kapanpun.
Hal yang sama, ketika dua pekan lalu saya backpackeran di wilayah Cirebon khususnya di daerah Kasepuhan, saya menjumpai geliat pengrajin tradisional Topeng Cirebon. Topeng-topeng inilah dihasilkan dari sang maestro juga, maestro pembuat topeng kayu pahat Cirebonan. Ia adalah almarhum Hasan Nawi. Sejak tahun 1980, tangan Hasan Nawi mulaim piawi dalam pembuat topeng-topeng Cirebonan.
Sejak itu pula, nama Hasan Nawi cukup terkenal dijagad per-topengan tradisional. Di tempat yang tidak luas di Kampung Mandalangen, Keraton Kasepuhan Cirebon, inilah almarhum pernah mendapatkan Penghargaan Upakarti dari Presiden RI tahun 2007 sebagai Pengrajin Topeng Pelestari Seni Budaya.
Di tempat ini pula, sejak kepergiannya selama-lamanya pada 19 Februari 2010, almarhum berpesan kepada 8 putra-putrinya untuk terus melestarikan seni budaya tradisional memahat topeng Cirebon ini.
Ade Supriyadi, anak kelima-lah, sejak tahun 2006 yang dengan teguh dan tekad kuat untuk terus meneruskan kerajinan Topeng Cirebon ini. Bersama 20-an pengrajin topeng, ia bertekad tetap mempertahankan budaya topeng Cirebon. “Topeng Cirebon ini adalah budaya yang harus terus dilestarikan. Kalau bukan kita orang Cirebon sendiri, siapa lagi?” tegas Ade sembari memahat Topeng Kelananya. “Dan yang penting Topeng Cirebon tetap ada, tidak punah selamanya,” tambahnya bersemangat.
Benang merah dari kacamata saya, meskipun mohon maaf tak selamanya benar, bahwa “Hal yang mati tak pernah selamanya meninggalkannya...” Salam. (rizaldo, karpetmerah 20120515)