Di tempayan masalah yang meremukkan kokohnya senyumku
Engkau belum datang
Aku berteriak dengan lolongan memecah rembulan
Di gelap gulitangya derita yang sekonyong-konyong menamparku tanpa henti
Engkau tak juga merapat
Dimulai seperti apa aku bisa mempercayai-Mu kalau Engkau memang ada
Apakah karena hanya dengan kitab-Mu yang berjumlah beribu ayat
Atau karena cerita-cerita nabi-Mu yang mengguncangkan jagad raya dengan lentikan jari jemarinya
Cara yang bagaimana supaya aku bisa sadar kalau Engkau tidak jauh
Apakah dengan mempercayai begitu saja dayang-dayang-Mu yang diutus ke bumi dan merasa paling benar sendiri
Atau karena dongeng surga neraka-Mu yang memaksaku untuk tunduk patuh tanpa meminta secuil penjelasan hingga raguku berani aku buang
Aku ragu pada-Mu Tuhan
Sama seperti ketika Engkau tidak mengabulkan doaku
Aku rasa Engkau pemilih Tuhan
Mirip ketika aku meminta seorang malaikat dan Engkau membuang penjahat tepat ke pangkuan
Dulu aku hanya ingin jalan yang lurus tanpa kerikil kecil yang menghalangi jalanku
Dan sekarang aku masih di perempatan jalan yang jalurnya hanya ada caci, dosa, marah dan curiga
Dulu aku memohon ingin cinta yang bahagia tanpa derita
Dan hari ini aku mengalami sakit yang bertumpuk-tumpuk, kekasihku pergi tanpa kata ibuku tidak lagi punya nyawa anakku memuja setan-setan tertawa sahabatku lari saat hartaku tidak ada
Engkau tidak datang…
Engkau tidak mendekap…
Engkau tidak memihak…
Engkau memang tidak ada…
Kupesan jus kesayangan di sudut warung remang-remang
Hanya ditemani resah dan sepotong pisang goreng yang begitu hambar
Aku hanya menghibur sepiku dengan cilukba yang kosong
Bukan tersenyum, aku malah bersedu sedan
akhirnya Engkau duduk disampingku
tidak memesan apapun karena Engaku terlihat kenyang
aku tidak peduli dengan kehadiran-Mu
sedikit bergeser ke arahku, menyentuhku
Engkau memegang pundakku
Aku tepis
Engkau kembali memegang pundakku
Aku berontak
Engkau meluai bermenung
Aku melihatnya dari sudut mataku yang penuh dengan gundah
Engkau diam dengan cara-Mu yang tidak bisa aku paparkan
Aku pura-pura buta
Apakah karena Aku tidak mengabulkan doamu sehingga kau menuduhku bahawa Aku tidak sayang padamu
Apakah karena kau ingin ini dan Aku berikan kau itu, lantas sumpah seraphmu layak untuk menyudutkan Aku
Apakah karena Aku hanya berikan kau sedikit airmata dan kau melupakan senyum yang banyak yang pernah Aku hadiahkan padamu
Apakah karena masalah yang tidak henti-hentinya Aku simpan di hatimu dan kau tidak lagi berpikir tentang cerita bahagia saat kau terbangun esok pagi
Jika aku tidak sayang padamu maka tidak kuhidupkan kau dengan nyawaku
Jika hanya keinginanmu yang ingin terus aku penuhi maka cobalah untuk berpikir apakah semua perintahku telah kau laksanakan
Jika aku tidak mencintaimu dengan cinta yang begitu besar lalu apalah artinya kau percaya bahwa aku adalah Tuhanmu
Jika masalah yang banyak membuatmu bisa menjadi lebih bijaksana maka tidak lagi berarti senyum yang akan melenakanmu sepanjang masa
Engkau kembali memegang pundakku
Aku hanya mematung
Engkau tersenyum
Aku tidak bereaksi
Izinkan cerita ini mengajarkan kau menjadi manusia yang memahami arti kehidupan yang sebenarnya
Bahwa bukan hanya kau yang bermasalah
Bukan hanya kau yang menangis
Bukan hanya kau yang bingung
Tetapi ketika mereka berhasil melewati jalan setapak yang beujung pada perempatan yang memuakkan
Kenapa kau tidak bisa
Kenapa kau hanya berteriak-teriak tak keruan
Kenapa kau hanya menagis
Pernahkah kau memanggil aku dengan cara yang baik-baik
Dengan kasih sayang dan cinta yang aku titipkan padamu
Dengan cara yang lebih sopan, mungkin
Atau dengan pengharapan yang agak beretika
Karena sebenarnya semua yang membuatmu sakit hanya punya satu obat mujarab
dengan mengajak-Ku berbicara di tempat dimanapun kau berada
( 280410. 08:45 wita. Rizal Rais )