Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Kala Tuhan Bermenung

12 Agustus 2010   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 86 0
Aku sudah menangis terisak-isak

Di tempayan masalah yang meremukkan kokohnya senyumku

Engkau belum datang

Aku berteriak dengan lolongan memecah rembulan

Di gelap gulitangya derita yang sekonyong-konyong menamparku tanpa henti

Engkau tak juga merapat

Dimulai seperti apa aku bisa mempercayai-Mu kalau Engkau memang ada

Apakah karena hanya dengan kitab-Mu yang berjumlah beribu ayat

Atau karena cerita-cerita nabi-Mu yang mengguncangkan jagad raya dengan lentikan jari jemarinya

Cara yang bagaimana supaya aku bisa sadar kalau Engkau tidak jauh

Apakah dengan mempercayai begitu saja dayang-dayang-Mu yang diutus ke bumi dan merasa paling benar sendiri

Atau karena dongeng surga neraka-Mu yang memaksaku untuk tunduk patuh tanpa meminta secuil penjelasan hingga raguku berani aku buang

Aku ragu pada-Mu Tuhan

Sama seperti ketika Engkau tidak mengabulkan doaku

Aku rasa Engkau pemilih Tuhan

Mirip ketika aku meminta seorang malaikat dan Engkau membuang penjahat tepat ke pangkuan

Dulu aku hanya ingin jalan yang lurus tanpa kerikil kecil yang menghalangi jalanku

Dan sekarang aku masih di perempatan jalan yang jalurnya hanya ada caci, dosa, marah dan curiga

Dulu aku memohon ingin cinta yang bahagia tanpa derita

Dan hari ini aku mengalami sakit yang bertumpuk-tumpuk, kekasihku pergi tanpa kata ibuku tidak lagi punya nyawa anakku memuja setan-setan tertawa sahabatku lari saat hartaku tidak ada

Engkau tidak datang…

Engkau tidak mendekap…

Engkau tidak memihak…

Engkau memang tidak ada…

Kupesan jus kesayangan di sudut warung remang-remang

Hanya ditemani resah dan sepotong pisang goreng yang begitu hambar

Aku hanya menghibur sepiku dengan cilukba yang kosong

Bukan tersenyum, aku malah bersedu sedan

akhirnya Engkau duduk disampingku

tidak memesan apapun karena Engaku terlihat kenyang

aku tidak peduli dengan kehadiran-Mu

sedikit bergeser ke arahku, menyentuhku

Engkau memegang pundakku

Aku tepis

Engkau kembali memegang pundakku

Aku berontak

Engkau meluai bermenung

Aku melihatnya dari sudut mataku yang penuh dengan gundah

Engkau diam dengan cara-Mu yang tidak bisa aku paparkan

Aku pura-pura buta

Apakah karena Aku tidak mengabulkan doamu sehingga kau menuduhku bahawa Aku tidak sayang padamu

Apakah karena kau ingin ini dan Aku berikan kau itu, lantas sumpah seraphmu layak untuk menyudutkan Aku

Apakah karena Aku hanya berikan kau sedikit airmata dan kau melupakan senyum yang banyak yang pernah Aku hadiahkan padamu

Apakah karena masalah yang tidak henti-hentinya Aku simpan di hatimu dan kau tidak lagi berpikir tentang cerita bahagia saat kau terbangun esok pagi

Jika aku tidak sayang padamu maka tidak kuhidupkan kau dengan nyawaku

Jika hanya keinginanmu yang ingin terus aku penuhi maka cobalah untuk berpikir apakah semua perintahku telah kau laksanakan

Jika aku tidak mencintaimu dengan cinta yang begitu besar lalu apalah artinya kau percaya bahwa aku adalah Tuhanmu

Jika masalah yang banyak membuatmu bisa menjadi lebih bijaksana maka tidak lagi berarti senyum yang akan melenakanmu sepanjang masa

Engkau kembali memegang pundakku

Aku hanya mematung

Engkau tersenyum

Aku tidak bereaksi

Izinkan cerita ini mengajarkan kau menjadi manusia yang memahami arti kehidupan yang sebenarnya

Bahwa bukan hanya kau yang bermasalah

Bukan hanya kau yang menangis

Bukan hanya kau yang bingung

Tetapi ketika mereka berhasil melewati jalan setapak yang beujung pada perempatan yang memuakkan

Kenapa kau tidak bisa

Kenapa kau hanya berteriak-teriak tak keruan

Kenapa kau hanya menagis

Pernahkah kau memanggil aku dengan cara yang baik-baik

Dengan kasih sayang dan cinta yang aku titipkan padamu

Dengan cara yang lebih sopan, mungkin

Atau dengan pengharapan yang agak beretika

Karena sebenarnya semua yang membuatmu sakit hanya punya satu obat mujarab

dengan mengajak-Ku berbicara di tempat dimanapun kau berada

( 280410. 08:45 wita. Rizal Rais )

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun