Beliau yang juga putri keempat dari R.M.AA Sosroningrat, Bupati Jepara yang memerintah sejak tahun 1880-1905. Pada masa RA Kartini yang mampu memberikan kontribusi yang luar biasa karena jaman dahulu ukiran khas Jepara hanya dibuat untuk kepentingan bangsawan saja.
Hal demikian lantas membuat rakyat Jepara pada jaman dulu belum memiliki penghasilan atas karya ukiran tersebut. Atas dasar pemikiran R.A Kartini yang berharap agar seni ukir Jepara bisa diproduksi secara massal dan semua rakyat bisa membuatnya. Akibatnya, perajin atau rakyat biasa mampu meningkatkan penghasilan keluarganya melalui kegiatan pembuatan kerajinan ukiran tersebut.
Dari masa Kartini muncullah aspek ekonomi, karena menyangkut aspek desain. hal tersebut terlihat dari pemikiran-pemikiran Kartini dalam merencanakan dan memotivasi perajin ukirannya untuk dapat membuat barang-barang dengan hiasan ukiran yang dapat diperdagangkan dengan harga yang lebih baik. Tidak hanya itu, barang hasil kerajinan masyarakat Jepara ini juga harus mampu diperdagangkan di pasaran yang lebih luas.
Seiring datangnya kolonial Eropa di abad 16, terjadi sebuah akulturasi budaya dimana seni ukir Jepara dipadukan dengan barang-barang kantor seperti meja, kursi, almari dan lainnya. Hal ini dikarenakan bangsa kolonial menganggap produksi perabotan kantor yang didatangkan langsung dari negaranya dianggap kurang efisien, sehingga dilakukanlah proses produksi barang perabotan kantor tersebut di Indonesia.
Pada akhirnya, gaya ukiran khas Jepara kadangkala mengalami modifikasi sesuai pesanan orang Eropa sehingga dalam hal ini mengalami akulturasi budaya yang kuat. Bahkan dalam perkembangannya terjadi dua buah perkembangan model jenis ukiran kayu, satu berbentuk ke arah gaya tradisional dan satu lagi mengalami perkembangan bentuk baru.
(IGJEPARA.COM/ May 09, 2011)