Rizal Putra Milda, 18 November 2024 Â
Manusia diciptakan dengan anugerah akal pikiran dan hawa nafsu. Namun, seringkali anugerah ini justru membawa kita terjerumus ke dalam sifat-sifat negatif seperti kesombongan, ketamakan, dan kerakusan. Sifat-sifat ini bahkan melahirkan ungkapan yang begitu menyakitkan, "senang melihat orang susah, susah melihat orang senang." Fenomena ini mengingatkan kita akan pentingnya pengendalian diri untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Â
Mari kita belajar dari air laut, ciptaan Tuhan yang begitu luar biasa. Laut, dengan luasnya yang tak berujung, memiliki kekuatan dahsyat. Gelombang dan arusnya bisa mengubah lanskap pantai, tetapi ada satu hal yang tidak pernah dilakukan laut: mencaplok seluruh pasir di bibir pantai untuk dibawanya ke tengah samudra. Â
Air laut bisa saja menyeret semua pasir itu dengan kekuatan ombaknya. Namun, alih-alih melakukannya, ia memilih bermain dengan indah: mendekat ke pantai, menjilat lembut butiran pasir, lalu mundur kembali ke samudra. Proses ini terus berulang, menciptakan harmoni antara laut dan pantai, tanpa ada yang merasa dirugikan. Â
Seandainya air laut bersifat serakah, pasti bibir pantai akan kehilangan seluruh pasirnya, dan laut itu sendiri kehilangan tempat untuk berlabuh, menyucikan diri, dan melanjutkan siklusnya. Laut memahami bahwa ia dan pasir adalah bagian dari ekosistem yang saling membutuhkan, bukan saling menghancurkan. Â
Pelajaran besar ini patut kita renungkan. Sebagai makhluk terbaik ciptaan Allah SWT, manusia harus mampu menahan hawa nafsu agar tidak menjadi serakah---baik dalam hal harta, kekuasaan, maupun hal lainnya. Keserakahan hanya akan menciptakan kehampaan dan merusak hubungan kita dengan sesama, bahkan dengan diri sendiri. Â
Air laut mengajarkan kita tentang keseimbangan dan kebijaksanaan. Jangan biarkan kelebihan yang kita miliki berubah menjadi alat untuk menyakiti orang lain. Sebaliknya, jadikanlah itu sarana untuk berbagi dan saling mendukung. Sebab, seperti laut dan pasir, kita semua saling terhubung dan saling membutuhkan. Â
Jadi, mari belajar dari air laut. Hindarilah keserakahan dan jalani kehidupan yang harmonis---seimbang dengan diri sendiri, sesama, dan alam semesta.