Mengusung tema "Klaten Berkah Klaten Gumregah", kegiatan ini menampilkan momen doa bersama (Umbul Donga) yang dipimpin bergantian oleh pemuka agama dari berbagai kepercayaan. Ponpes Mangku Candi Alas Lami, lokasi acara ini, berada di satu kompleks dengan Candi Merak---situs purbakala yang menjadi simbol toleransi di Kabupaten Klaten. Â
Marwoto, mewakili umat Hindu Klaten, dalam sambutannya mengutip filosofi Tatwam Asi yang berarti aku adalah kamu, kamu adalah aku. "Filosofi ini mencerminkan cinta kasih yang dilandasi toleransi dan ketulusikhlasan, yang sangat penting bagi masyarakat yang hidup berdampingan," ujar Marwoto. Â
Dalam sambutannya, Yoga Hardaya, calon Bupati Klaten, menggarisbawahi upaya nyata pemerintah daerah dalam membangun toleransi, termasuk melalui pembangunan kompleks rumah ibadah di Grha Bung Karno Klaten. "Kami telah menghadirkan Masjid Nurul Istiqlal, gereja Katolik, gereja Kristen, Vihara, Pura, dan Klenteng dalam satu kompleks. Ini adalah wujud nyata komitmen kami untuk menjaga toleransi antar umat beragama," ujar Yoga. Â
Cawabup Sova Marwati juga menyampaikan visinya yang berfokus pada pendidikan akhlak dan karakter. "Kami akan berkoordinasi dengan tokoh agama dan sekolah untuk memberikan edukasi kepada generasi muda. Tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang toleran, menghormati perbedaan, dan memahami keanekaragaman budaya serta agama di Klaten," tutur Sova. Ia juga mengapresiasi FKUB sebagai wadah penting yang menjaga kerukunan masyarakat Klaten. Â
Tidak hanya Yoga-Sova, paslon nomor urut dua dan tiga juga menyatakan komitmen mereka untuk menjaga keberagaman dan kondusivitas Klaten, terutama menjelang Pilkada Serentak 2024. Â
Acara ini diakhiri dengan doa lintas agama sebagai simbol kebersamaan. Sumber Donga
 bukan hanya momen refleksi, tetapi juga penegasan bahwa toleransi dan harmoni adalah pilar utama dalam membangun Kabupaten Klaten yang damai dan maju. (Rizal PM)