Alih dukungan ini merupakan wujud kekecewaan yang dirasakan para anggota dan simpatisan "Banteng Kecewa" terhadap paslon yang sebelumnya mereka dukung. Dalam sambutannya, Sariyono, yang juga menjabat sebagai Ketua Penasehat Anak Cabang PDI-P Kecamatan Kemalang, menjelaskan bahwa gerakan "Balung Tuo" merupakan wadah bagi para eksponen PDI-P yang merasa terpinggirkan oleh partai.
Menurut Sariyono, "Balung Tuo" lahir dari diskusi panjang seluruh eksponen PDI-P se-Klaten, melibatkan berbagai unsur seperti Satgas, relawan, simpatisan, dan bahkan mantan struktur partai. Diskusi berbulan-bulan itu akhirnya mengerucutkan keputusan untuk mendukung paslon Yoga-Sova, yang mereka anggap sebagai pilihan yang lebih independen dan mampu membawa perubahan.
Saat ditanya mengapa mereka memilih mendukung paslon dari partai lain, Sariyono menyatakan kekecewaan terhadap PDI-P yang, sebagai partai pemenang, dinilai tidak percaya diri mengusung calonnya sendiri. "Kami heran, kenapa PDI-P malah mengusung paslon hasil koalisi dengan banyak partai lain? Ini terkesan tidak percaya diri dan tidak mandiri. Mereka mengkapitalisasi partai, kami mengkapitalisasi rakyat," tegasnya.
Sariyono juga menambahkan bahwa dukungan kepada Yoga-Sova didasari keyakinan terhadap sosok Yoga sebagai Ketua DPD Golkar Klaten, yang memiliki rekam jejak jelas, dan Sova yang dikenal sebagai sosok religius. "Kami yakin, duet Yogas ini akan membawa Klaten ke arah yang lebih baik," ujarnya.
Walau struktur pemenangan Yogas sudah terbentuk, komunitas "Balung Tuo" akan bergerilya dari akar rumput untuk mendukung kemenangan Yoga-Sova. Mereka menyatakan siap bekerja dari tingkat desa hingga kabupaten untuk memperkuat basis dukungan di berbagai lini.
"Ini bukan kampanye. Ini adalah deklarasi komitmen keluarga besar Balung Tuo. Kami tak memikirkan afiliasi partai, kami hanya fokus untuk kemenangan Yoga-Sova," pungkas Sariyono.