Dalam sambutannya, Supratomo menekankan pentingnya karakter yang kuat bagi para pesilat muda untuk menjaga marwah dan melestarikan pencak silat. "Dimanapun pesilat berada, baik di gelanggang, di jalan, atau dimanapun, nilai-nilai pencak silat harus melekat. Jika nilai-nilai tersebut tertanam, maka pesilat tidak mudah diadu domba dan tersulut emosi, karena sudah memiliki karakter yang kuat," tegas Supratomo.
Ia juga menyampaikan bahwa Grand Final Sirkuit Persinas ASAD ini merupakan jalur bagi para pesilat muda untuk mengukur kemampuan mereka, baik dari segi teknik, fisik, maupun strategi. "Adik-adik harus terus berlatih agar dapat menampilkan performa terbaik. Bukan hanya mengejar juara, tetapi fokus pada penampilan terbaik yang harus dibangun," ujarnya.
Supratomo memberikan apresiasi tinggi kepada Persinas ASAD yang selama ini telah berkontribusi dalam mencetak pesilat berprestasi melalui pembinaan dan kejuaraan. "IPSI Jawa Timur sangat terbantu oleh pesilat-pesilat Persinas ASAD yang terus berproses menjadi yang terbaik, mengharumkan nama Jawa Timur dan bangsa Indonesia," tutupnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Persinas ASAD Jawa Timur, Dedid Cahya Happyanto, menegaskan komitmen Persinas ASAD dalam membangun kerukunan dan kekompakan bersama perguruan pencak silat lainnya di Jawa Timur. "Keguyuban ini tercermin dari hubungan baik antara semua ketua perguruan dengan IPSI Jawa Timur. Insya Allah ke depan kita bisa lebih baik lagi," ujar Dedid.
Dedid juga menjelaskan bahwa kejuaraan sirkuit pencak silat usia praremaja ini merupakan salah satu upaya memperbaiki pola pembinaan sekaligus membangun karakter pesilat yang berprestasi. Menurutnya, usia praremaja atau 12-14 tahun adalah masa yang tepat untuk membentuk karakter pesilat yang luhur dan berakhlakul karimah.
Pengasuh Ponpes Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Al Hasany, menambahkan bahwa akhlakul karimah dan budi pekerti luhur adalah aspek utama yang harus dimiliki oleh setiap pesilat. "Dunia persilatan tidak hanya tentang menjadi kuat, tetapi juga tentang keindahan, pemersatu bangsa, bahkan pemersatu agama. Di pesantren, pencak silat bisa menjadi pemersatu antar pesantren," tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, dilakukan pula peresmian Padepokan Pencak Silat Ponpes Al Ubaidah yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Supratomo, didampingi sejumlah ketua perguruan pencak silat yang hadir.
Habib Ubaid merasa senang Padepokan Pencak Silat Ponpes Al Ubaidah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Grand Final Sirkuit Persinas ASAD. Ia menyatakan bahwa padepokan tersebut terbuka untuk dimanfaatkan oleh perguruan pencak silat lainnya di Jawa Timur dalam berbagai kegiatan maupun kejuaraan. "Pendiri Ponpes Al Ubaidah, KH Nurhasan Al Ubaidah, adalah seorang pendekar. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Ponpes Al Ubaidah menyediakan sarana dan prasarana untuk pencak silat," tambahnya.
Acara ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh pencak silat di Jawa Timur, di antaranya Ketua Umum PSHT Jawa Timur, Hendri Sugeng Santoso; Ketua Pagar Nusa NU Jawa Timur, H. Abdul Muchid; Ketua Umum Tapak Suci Putra Muhammadiyah Jawa Timur, Prof. M. Sasmito Djati; Ketua Umum Kelatnas Indonesia Perisai Diri Jawa Timur, R. Ambar Kusuma; Ketua Merpati Putih Jawa Timur, Haryanto BS. Soenarjo; serta Ketua IKS Putra Indonesia Kera Sakti Jawa Timur, Letkol CHK Zwastika Mahedjajanta, beserta Forpimda Nganjuk dan Forpimcam Kertosono. (Mas Wed/Rizal PM)