Menjalin persaudaraan tidak hanya bisa dilakukan di dunia nyata, pada era globalisasiseperti sekarang ini, hal itu bisa di lakukan di dunia maya. Desa Rangkat, desa impian di dunia maya,penduduknya berada di mana-mana, walaupun secara de fakto bertetangga namun secara nyata mereka berbeda tempat, tidak dalam satu wilayah, satu desa, RT/RW , apalagi satu rumah.
Jadi tidaklah heran jika warga desanya ingin meneruskan rasa persaudaraan mereka dalam wujud yang nyata, kopdar atau kopi darat walaupun pada kenyataanya ada juga yang pesen teh, susu, jus karena tidak semua orang menyukai kopi adalah salah satu media yang bisa di gunakan untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Seperti itulah yang terjadi beberapa minggu ini di desa rangkat, semua warganya sedang dilanda demam Jojga, tempat yang telah disepakati bersama untuk melaksanakan kopdar akbar para kompasianer khusunya warga rangkat, yang bukan juga boleh ikutan koq, yang penting akomodasi dan komsumsi apalagi klo mau ngisi bagasi ditanggung sendiri, karena memang tidak ada yang menanggungnya.
Antusiasme warga terlihat sekali, Mas Hans yang aslinya bekerja di Abu Diabi menyetop kiriman ke rekening istri, agar bisa ke Jogja bersama sekalian bulan madu kedua bulan Juli nanti. Depe kecil mengurangi jatah es creamnya, uang jajan dari bundanya kini lebih banyak yang masuk ke celengan ayamnya.
Mba Dorma tahan puasa berhari-hari mengurangi kebiasaan makannya yang sulit untuk tidak dituruti, jadi jangan heran bila bertemu di Jogja nanti dia akan terlihat lebih langsing dan cling juga sexsee.
Uleng sang anak Mommy, sudah memesan tiket jauh-jauh hari, agar bisa dapat tiket promo yang biasanya di musim liburan banyak yang mengantri untuk membeli. Diet ketat pun dilakoninya, terakhir kali terlihat pipinya sedikit cubby, takut jadi objek cubitan nakal pemuda rangkat karena lucu dan menggemaskan.
Mba Jingga sang anak pertama Mommy tak mau kalah dengan adeknya Uleng. Mas Refo dan Bang Lala adalah target utamanya berangkat ke Jogja nanti. Berbagai persiapan telah dilakukannya, sudah tak sabar begitulah katanya.
Acik sang sekdes desa, si penjaga alas pulau sumatera menarikan tarif denda dua kali lipat bagi para pengusaha nakal, yang menebang hutan seenaknya. Sebagian disetor ke kas negara sebagian lagi disimpan buat ongkos pergi ke Jogja.
Mba Ningwang d Agustin sang janda kembang ke salon tiap hari, ongkos dan akomodasi baginya bukanlah masalah yang berarti. Yang penting terlihat seksi agar para pemuda rangkat yang sering memperebutkannya jatuh hati dan bisa mati berdiri.
Pak Astoko Datu dan Bang Odi sebagai sesepuh rangkat sekaligus tuan rumah juga tak kalah sibuknya, beliau sudah mempersiapkan segala sesuatunya sejak jauh-jauh hari.
Dan banyak lagi kejadian dan cerita tentang warga rangkat menyongsong kopdar akbar yang terlalu pajang jika dituliskan disini.Sementara Repotter sendiri hanya bisa gigit jari, transport dan akomodasi baginya bisa dicari, tapi jika tugas dan kewajiban memanggilnya itulah yang sulit dihindari, ngeles.com