Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Janji Jari Kelingking

8 Desember 2020   10:25 Diperbarui: 8 Desember 2020   10:43 294 3
Mentari senja sore itu perlahan mulai menenggelamkan diri.

Dengan sigap, sang malam menggantikannya.

Kami masih asyik bersenda gurau di pesisir pantai, ditemani debur ombak yang berkejaran.

"Kau betul-betul yakin dengan keputusanmu?"

"Tentu. Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Kau takut ya?"

"Jujur, sedikit."

"Apa yang kau takutkan? Jakarta itu dekat."

"Bukan, jarak itu tak ubahnya hanyalah angka, lagipula, yang aku takutkan adalah perubahan sikapmu nanti."

Aku menghela napas panjang sambil merebahkan tubuhku di pasir.

Seolah memberikan sambutan terakhir padaku, bintang-bintang malam ini bersepakat untuk tak bersembunyi dibalik gelapnya malam. Indah sekali.

"Kau ingat langit malam kemarin?" tanyaku.

"Ya."

"Kemarin tak ada bintang satupun. Tapi, lihat malam ini."

"Lantas?"

"Kau tahu? Tak selalu perubahan itu buruk. Memang banyak, tapi tak semua."

"Entahlah. Aku hanya takut."

"Aku tak bisa memaksamu untuk percaya. Aku hanya minta titip hatimu padaku."

"Kau berjanji?"

Seketika, aku meraih kelingking tangannya.

"Janji jari kelingking."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun