Seseorang yang ingin memperbaiki diri dan mengaku bahwa dirinya bersalah sangat butuh bantuan untuk diyakinkan bahwa dirinya pantas menerima kesempatan. Tidakkah begitu sering menemui seseorang yang menelanjangi habis dirinya atas suatu cela hanya demi mendapat kelogowoan hati atau satu jabatan tangan yang mendamaikan? Misal dalam contoh kecil, seorang anak yang mengaku salah karena telah memecahkan vas bunga atau tidak mau tidur siang pasti masih akan tetap dimarahi Ibunya hanya demi alasanagar-ia-tahu-bahwa-hukuman-itu-perlu atau bahkan demi anggapan ‘ga marah ga lega’? Demi memenuhi keyakinan yang begitu absolut bahwa pemberian ganjaran itu perlu. Andai saja "Apa kubilang?", "Coba kalau...", "Kamu sih....." dan kata-kata bernada menuntut lainnya tidak ada, mungkin rasa ikhlas dan kata maaf juga mudah untuk diberikan.