Saya, salah satu hadirin di wisuda Universitas Darunnajah yang ke-25 tersebut ingin memberi catatan berbeda, yaitu tentang seorang wisudawati, namanya Ara, begitu panggilan akrabnya. Ia adalah mahasiswa guru, pengabdian di pondok pesantren Darunnajah yang super sibuk, di tengah Ibu Kota (masih ibu kota saat ini). Namun yang ingin saya stabilo ialah bahwa mahasiswa guru atau mahasiswa pengabdian juga pasti mampu dan sangat bisa berprestasi akademik maupun non akademik. Ini, menurut saya sangat patut diapresiasi dan diteladani oleh jutaan mahasiswa/mahasiswi guru (pengabdian-khidmah) di seluruh pelosok negri ini. Karena memang anak muda tempaannya harus bersangatan, sehingga akan terlihat mana yang akan tahan banting, mana yang ala kadarnya saja. Mana yang emas, mana yang tembaga, mana yang akan menjadi besi biasa.
Sebagaimana yang sudah lumrah diketahui, bahwa mahasiswa pengabdian (khidmah) tugas utama mereka: mengajar, membantu pondok, menuntut ilmu. Nah, di sini dan di sana, kebanyakan mereka yg pengabdian hanya sekadar menggugurkan kewajiban (ini mayoritas), saya menulis fakta, penelitian menunjukkan demikian, kebetulan saya juga pernah menelitinya. Ini yang perlu dientaskan dari jiwa mahasiswa pengabdian (yg juga guru). Maka jika tidak dikatakan berlebihan, orang seperti Ara ini layak dinobatkan menjadi duta mahasiswa khidmah, sesekali bolehlah diajak ke berbagai pesantren yang memiliki guru-guru khidmah yang juga sembari kuliah. Agar mereka mampu meneladani Ara.
Ara, IPK nya 3,9 (dengan pujian/summa cumlaude). Hampir sempurna (skala 4.0), ini luar biasa, bayangkan kesibukan di pesantren, pagi-siang mengajar, kadang piket, tugas ke luar pondok sebagai pendamping/musyrif, siang-malam membantu pondok di mana beberapa hari (4 hari ) juga sembari kuliah. Bisa dibayangkan sesibuk apa manusia pengabdi itu? Tentu yg mengabdi dengan tulus, fokus, tuntas; bukan ala kadarnya. Itu baru kesibukan di tiga tempat (sekolah, pondok, di dalam kampus), belum lagi Ara juga sangat aktif di tempat di mana ia berorganisasi sebagai mahasiswa (luar kampus), aktif di DEMA dengan segala macam aktivitasnya yang seakan tak pernah terurai-ibarat kemacetan. Keren bukan?