Lurah Kasio berdiri termangu di halaman sembari menatap rumahnya yang kusam. Cat tembok sudah banyak yang mengelupas. Genting-genting tidak lagi cerah, menghitam karena lumut dan panas. Beberapa kali lelaki bertubuh kurus itu menghela napas. Ia merasa beban yang diembannya semakin hari semakin berat. Terlebih sejak percakapannya dengan istrinya sebulan yang lalu.