Di Kompasiana pun tidak jauh berbeda. Ada pendukung PSSI DA, ada pendukung PSSI-nya KPSI. Ada pendukung Lady Gaga, ada juga yang menolaknya. Ada pendukung Jokowi, ada pula yang anti. Ada pendukung pemerintah, ada pula yang berusaha "menjatuhkan" pemerintah. Ada pendukung Islam Liberal, ada yang menolaknya. Ada pendukung FPI, dan yang kurang setuju dengannya. Dan, sebagainya, sebagainya, sebagainya....
Perbedaan seharusnya menjadi rahmat, bukan pemecah persatuan. Sayangnya, beberapa (ya, semoga hanya beberapa) Kompasianer yang "belum mampu" menyikapi perbedaan dengan bijaksana, meskipun yang bijaksana jauh lebih banyak lagi. Bukan satu hal yang mengherankan jika beberapa tulisan dibalas dengan tulisan lainnya. Langkah ini saya rasa lebih bijaksana, dibandingkan memberi komentar secara "pedas" dan "menyerang" secara pribadi, bahkan terang-terangan menyerang ormas atau pendukung organisasi tertentu.
Sebuah tulisan menuai pro dan kontra adalah hal biasa. Baik yang pro atau yang kontra tentu mempunyai alasan sendiri-sendiri. Namun, amat disayangkan jika yang kontra memberi komentar dengan bahasa yang cenderung "kasar" dan "menghina". Dan, ini akan dibalas oleh orang yang pro (tulisan) dengan bahasa yang "kasar" pula. Hasilnya, perdebatan itu dapat berujung pada pertengkaran, dan mungkin keduanya akan menjadi "musuh abadi" di Kompasiana.Itulah perasaan saya ketika membaca beberapa (ya, memang hanya beberapa) postingan di Kompasiana dengan berbagai komentar-komentarnya.
Alangkah indahnya jika komentar-komentar disampaikan dengan cara santun, dan tidak merendahkan penulis, sehingga penulisnya pun akan senang dan membalasnya dengan santun pula.Yuk, berkomentar secara santun di Kompasiana.
Salam Santun