Karena tugas, saya sering bepergian naik pesawat udara. Pesawat udara saat ini merupakan alat transportasi yang lumrah untuk perjalanan jarak jauh, apalagi dengan banyaknya maskapai penerbangan yang menawarkan paket murah. Bagi sebagian orang, naik pesawat terbang sekarang ini sudah merupakan kegiatan rutin biasa, apalagi bagi para pebisnis.
Tapi bagi saya, setiap kali pesawat lepas landas, saya merasakan sensasi tersendiri. Saya masih tetap terkesan dengan kemampuan ‘burung besi’ itu, yang dengan beban seberat beberapa puluh ton, masih bisa terbang mengangkasa. Sejak dulu saya menyenangi tulisan yang berkaitan dengan kedirgantaraan. Sewaktu mengunjungi Air and Space Museum di Washington DC, saya habiskan seharian penuh untuk menikmati sejarah penerbangan.
Dalam tulisan singkat ini saya tidak akan membahas tentang sejarah penerbangan, yang sudah banyak ditulis dan diketahui orang. Yang ingin saya sampaikan adalah observasi saya tentang betapa cepatnya lompatan teknologi kedirgantaraan, sejak manusia mencoba terbang dengan balon udara, sampai pesawat ulang alik yang membawa manusia ke ruang angkasa.
Obsesi manusia untuk bisa terbang seperti burung memang sudah lama sekali. Artis serba bisa Leonardo da Vinci bahkan sudah membuat rancangan pesawat terbang pada abad ke 15. Dua abad kemudian, tepatnya tahun 1783, balon udara pertama ciptaan Pilatre de Rozier berhasil mengudara selama 15 menit. Waktu itu penumpangnya bukan manusia, tapi seekor domba, seekor angsa dan seekor ayam. Mungkin dengan pertimbangan kalau gagal tidak menyebabkan nyawa manusia melayang barangkali ya, kalau nyawa tiga ekor binatang sih tidak apa-apa (kasihan, binatang selalu menjadi obyek rasa penasaran manusia). Sayangnya de Rozier terbunuh sewaktu balon yang dia tumpangi meledak pada tahun yang sama (akhirnya, dia sendiri yang jadi korbannya).
Lebih dari seabad kemudian, yaitu tahun 1903, Wright bersaudara berhasil terbang dengan pesawat buatannya di Kitty Hawk, North Carolina, menjadikan keduanya dikenal sebagai penemu pesawat terbang bersayap tetap (fixed wings). Hanya selang beberapa tahun, tahun 1930-an, pesawat terbang komersial pertama, yang dibuat Boeing, mulai menghubungkan kota-kota di AS. Dalam perang dunia pertama dan kedua, pesawat tempur merupakan kekuatan tempur yang menakutkan lawan.
Tidak lebih dari 40 tahun kemudian, tepatnya 1969, Concorde, pesawat terbang komersial supersonik pertama, yang bisa terbang diatas kecepatan suara, mulai beroperasi. Tapi sayang Concorde hanya bertahan sampai tahun 2003, karena teknologinya dianggap boros bahan bakar, serta suaranya yang merusak lingkungan. Tahun 2008 Airbus membuat pesawat super jumbo tipe A380 yang bisa memuat 650 penumpang dan sanggup terbang nonstop dari Heathrow di London sampai Sydney di Australia!
Untuk penerbangan ruang angkasa, NASA berhasil mendaratkan manusia di bulan tahun 1969, dan sudah sejak tahun 1981 menggunakan pesawat ulang alik untuk menempatkan manusia di ruang angkasa, dimana sebuah stasiun ruang angkasa dibangun untuk berbagai penelitian ilmiah.
Kalau kita amati, lompatan teknologi penerbangan semakin cepat saja. Perlu waktu ratusan tahun sejak da Vinci membuat rancangan pesawat, sampai pesawat pertama bisa terbang tahun 1903. Tapi hanya diperlukan puluhan tahun saja untuk menciptakan pesawat yang paling cepat (Concorde), paling besar (Airbus A380), dan paling tinggi (Endeavour, pesawat ulang alik terakhir, kabarnya mau di-grounded tahun ini). Saya tidak bisa membayangkan teknologi penerbangan seperti apa yang akan anak cucu kita alami 50 tahun dari sekarang.
Manusia memang dikaruniai Tuhan memiliki otak dan akal untuk selalu berfikir dan berinovasi, dalam upaya agar hidupnya menjadi lebih baik dan lebih bahagia. Apakah dengan lompatan tekonologi itu kehidupan menjadi lebih baik dan lebih bahagia? Wallahu ‘alam.
Dari berbagai sumber.