Kunjunganku ke Nanning sebenarnya dalam rangka meninjau beberapa proyek peremajaan kota Nanning yang dibiayai dengan dana pinjaman luar negeri. Di sini, proyek peremajaan kota, yang disebut Small Area Improvement, ternyata mengambil konsep MHT di Jakarta yang pernah dilaksanakan puluhan tahun yang lalu tapi tidak pernah terdengar lagi kelanjutannya. Dengan diantar Miss Liu Zihui, Vice Director dari Project Management Office, aku mengunjungi beberapa lokasi proyek seperti kawasan Jian Cheng di Distrik Xincheng dan kawasan First Lane North Ren Min Road di Distrik Xingning. Banyak kesan menarik yang dapat aku tangkap dari kunjungan singkat ini. Penduduk penerima manfaat yang aku tanyai tahu persis bahwa proyek ini berasal dari dana pinjaman yang harus dikembalikan, sehingga mereka dengan penuh kesadaran memelihara dan merawatnya. Beruntung aku diantar oleh Miss Liu yang fasih berbahasa Inggeris. Ini hal yang jarang, karena umumnya para pejabat Cina tidak bisa berbahasa Inggeris dan semua komunikasi dilakukan dalam dua bahasa. Akhirnya Miss Liu bertindak sebagai penerjemah dalam semua percakapan.
Perjalanan ke kantornya menambah wawasan baru bagiku. Kami dijemput dengan mobil limusin mewah yang katanya mobil dinas punya kantor, lengkap dengan sopirnya. Sewaktu pulang, aku heran ketika dia minta didrop di depan apartemennya yang sederhana di tengah kota. "We are not allowed to use official car for private use" katanya serius, sewaktu aku tanya kenapa mobilnya tidak dia bawa pulang. "It's a violation to our rule", katanya lagi terheran-heran dengan pertanyaanku. Aku baru mau bilang bahwa di Indonesia, mobil dinas biasa dipakai untuk keperluan belanja, mengantar anak ke kantor dan jalan-jalan, dan disimpan di rumah pejabat, tapi aku tidak tega mengatakannya pada dia. Jadi dia biasanya naik sepeda ke kantornya, kemudian mobil dinas dia gunakan untuk berbagai urusan kantor, temasuk mengantar tamu, setelah selesai mobil diparkir di kantor dan dia pulang kembali ke apartemennya pakai sepeda. Meskipun jumlah penduduknya cukup banyak, tapi aku tidak mengalami banyak kemacetan di jalan-jalan kota Nanning, karena sebagian besar penduduknya menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama, dan jalur sepeda disediakan khusus sehingga tidak bercampur dengan kendaraan lain.
Dalam acara makan malam, aku diberitahu bahwa dalam makanan yang disajikan tidak ada yang mengandung babi, karena mereka tahu bahwa aku seorang muslim. "Don't worry, we have no pork to serve" kata Miss Liu sambil memberikan semangkok sup yang tampaknya lezat, "try this" katanya. Memang amat lezat. Setelah selesai makan baru aku diberi tahu bahwa yang baru aku makan adalah sup kura-kura. Aku jadi ingat, Cina terkenal dengan Chinese food-nya yang memasak hampir apa saja yang bisa dimakan. "We eat everything...." kata Miss Liu, "we eat all that have legs except table's legs, and we eat all that have wings except plane's wings", selorohnya. Benar juga kata-katanya. Kutinggalkan Nanning dengan membawa kesan tersendiri.