Tajam tak terpejam, menatap puing-puing kegundahan
Andai bisa diubah
Mungkin aku ingin menjadi seperti yang kau mau
entahlah
Namun caramu terlalu ambigu untuk ku pahami
ah...
rasanya tak ada gunanya mengeluh pada keyboard, menggumam pada dinding, dan menyesali jarum jam yang tak pernah berdetak mundur.
Bersamamu diriku hilang
Tenggelam dalam keterpurukan emosi, kecurigaan, dan ketidakpercayaan diri.
Jatuh dan hanyut dalam kesedihan.
Hingga langit-langit kebahagiaanku runtuh.
Sadarkah kau kawan
Ketika sikapmu berbeda
Tatapanmu ambigu
Antara sombong atau iba
Kata-katamu terlalu dalam menusuk relung sukmaku hingga berlumuran darah
Maaf
Namun kenapa harus berulang kali
Kenapa harus aku yang kau pilih jika hanya untuk menyalurkan ego diri
Ah... rasanya tak ada gunanya mengeluh
Jika hanya mengundang air jernih di sudut kelopak
Aku hanya ingin
Jangan berjalan di belakangku terlalu lambat kawan
Jangan pula kau berjalan terlalu cepat hingga aku tak bisa mengejarmu
Jalanlah di sampingku hingga kita bisa bersama-sama merangkai mimpi.
Tapi jika memang tidak bisa
Aku tinggalkan kau di sini kawan
Aku pergi untuk membaca lebih banyak lagi ayat-ayat di alam raya ini
Aku pergi untuk mencari semua kebenaran yang kau yakini
karena aku tak tahu perihal kebenaran itu
Aku hanyalah aku
Yang hidup seperti ini
Mencintai Robbku dengan caraku
Menyayangimu dengan caraku
Dan merangkai cita-cita dengan caraku pula.
12 September 2011
Untuk gadis bermata tajam dengan tatapan misterius. Aku hanya ingin menghindari kesedihan. Terima kasih telah mengajariku cara untuk lebih baik dalam bergaul, ikhlas, bersabar dan mengambil keputusan.
“Jangan menyalakan perapian terlalu panas kepadamu musuhmu, agar tidak membakar dirimu sendiri” Shakeaspeare